KUMPULAN TUGAS KULIAH DAN MAKALAH _ADMINISTRASI _ADMINISTRASI NEGARA _ADMINISTRASI PUBLIK _KEBIJAKAN _MANAGEMEN _ORGANISASI _KEAGAMAAN _DAN LAIN LAIN

Sunday 30 October 2016

Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Assessment Center

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Dinamika pengelolaan organisasi saat ini sangat dipengaruhi oleh tekad untuk membangun perusahaan yang bersih, transparan dan profesional. Hal ini sejalan pula dengan semangat untuk mewujudkan Good Corporate Governance. Pada tataran yang luas kita lihat upaya pemerintah yang sungguh-sungguh untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Hal ini menjadi dasar yang cukup kuat bagi segenap pengelola organisasi untuk menjalankan organisasi secara lebih bertanggungjawab.
Salah satu aspek penting dalam pengelolaan organisasi adalah menyangkut manajemen sumber daya manusia (SDM). Pengelolaan SDM menyangkut berbagai hal, mulai dari proses perencanaan SDM, mengumpulkan orang-orang yang sesuai dengan kriteria, menyeleksi, melakukan proses induksi, penempatan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan sampai dengan proses terminasi.
Tantangan baru SDM dan dinamika perkembangan organisasi bermuara pada perubahan paradigma pengelolaan SDM yang berbasis pada kompetensi. Dalam konteks inilah sangat erat kaitan antara kompetensi dengan assessment. Berkaitan dengan kompetensi inilah masalah assessment sangat penting dan assessment ini tidak terlepas dari perannya dalam menunjang strategi Pengembangan SDM dan pengelolaan organisasi.
1.2   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan assessment center?
2.      Apakah tujuan dari assessment center?
3.      Apakah karakteritik dan persyaratan assessment center?
4.      Apasaja kegunaan dari assessment center?
5.      Apakah kriteria dan elemen penilaian assessment center?
6.      Bagaimanakah pelaksanaan, mekanisme dan metode assessment center?
1.3   Tujuan
            Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mempelajari dan mengetahui tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Assessment Center. Selain itu juga tujuan penulisan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia agar terlaksana tujuan pendidikan yang diharapkan.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Assessment Center
Berkaitan dengan bahasan tentang assessment center  tersebut , berikut ini dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian center tersebut dari pada para ahli. Thomton menyatakan sebagai berikut.
“ assessment center is a method of assessing potential to handdle future responsibilities through the use of behavioral simulations that meansure an assesses abilities against criteria of managerial effectiveness.”
Berdasarkan uraian tersebut, berikut dapat dikemukakan bahwa metode untuk menilai potensi dikaitkan dengan tanggung jawab ke depan, adalah melalui simulasi perilaku yang mengukur kemampuan seseorang dibandingkan dengan kriteria manajer yang efektif. Assessment center pertama kali berkembang di lingkup militer Jerman pada masa perang Dunia II, dan bertujuan untuk memilih para calon perwira unggulan yang akan maju ke medan laga.[1]
Metode tersebut kemudian diaplikasikan oleh Inggris dalam bentuknya sebagai  “ war office Selection board “ dan mulai digunakan oleh Amerika dalam kegiatan seleksi para agen untuk “ office of strategic services “ sebelum kemudian diadopsi oleh american telephone and telegraph dalam kegiatan bisnis lazimnya. Dengan demikian, pengertian assessment center tidaklah sederhana, sehingga  tidak mudah untuk mencapai suatu definisi yang sederhana sekaligus tepat. Sedangkan Heneman mengartikan sebagai berikut “ assessment center merupakan sekumpulan prediksi yang digunakan untuk meramalkan keberhasilan pegawai terutama yang ditujukan untuk mereka yang akan duduk dalam jabatan-jabatan tinggi/ strategis.”
Selanjutnya Latham secara lebih teknis menguraikan sebagai berikut “ assessment center merupakan suatu prosedur untuk mengukur tingkat pengetahuan, keahlian, dan kemempuan atau knowledge, skills, and ability dengan menggunakan beberapa instrumen. Tingkat KSA seseorang akan terpolakan dalam suatu tingkah laku yang didemonstrasikanpada saat pelamar menyelesaikan tes didesain yaitu peserta tes diberi beberapa kesempatan untuk mendemonstrasikan suatu perilaku tertentu untuk dievaluasi. Evaluasi perilaku yang diamati ini dilkukan oleh beberapa assessor (penilaian) yang telah terlatih untuk melakukan pengamatan dan pencatatan perilaku yang dievaluasi. Atas dasar informasi tersebut, selanjutnya tim assessor mendiskusikannya sehingga terdapat suatu konsensus hasil penilaian untuk masing-masing yang dinilai.”
Pengetahuan sebagai karakter kompetensi yang merupakan kepemilikan informasi yang dikuasai seseorang dalam kaitannya dengan bidang pekerjaannya tertentu. Nilai akademis atau indeks prestasi akademis sering kali kurang bermanfaat untuk memprediksi performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan dapat memprediksi apa yang mampu dilakukan  seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan pengukuran tes pengetahuan lebih banyak menghafal, jika dipentingkan adalah kemampuan untuk mencari informasi.ingatan mengenai spesifik, tidak lebih penting daripada  pengetahuan mengenai fakta yang relavan, terhadap maslah spesifik dan pengetahuan tentang sumber informasi di mana mencarinya ketika diperlukan. Tes pengetahuan juga sangat tergantung pada situasi responden.
Tes tersebut  mengukur kemampuan memilih alternatif pilihan, yang merupakan respons yang benar, dan bukan untuk mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dengan pengetahuan dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar. Terakhir pengetahuan keterampilan/ keahlian sebagai karakter kompetensi yang merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas mental atau tugas fisik tertentu.kompetensi keterampilan mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis serta pemikiran konseptual . selanjutnya Pfeffer, et al. (2007:72) mengemukakan sebagai berikut.” Assessment center adalah suatu metodologi atau approach. Ia bukanlah sebuah pusat kajian, apalagi bila mensyaratkan adanya suatu ruangan atau bangunan tertentu untuk melakukan aktivitas penilaian.”
Berdasarkan uraian tersebut, dikemukakan bahwa assessment center merupakan alat untuk memprediksi yang lebih valid, bila menggunakan latihan yang bervariasi. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa apa yang dilakukan seseorang di tempat kerja, hasil kerja yang diperoleh seseorang, dan tingkat prestasi kerja yang dicapai seseorang dapat bersumber dari karakteristik individu, yang dipengaruhi oleh salah satu atau kombinasi dari lima tipe sumber kompetensi yang berada. Assessment Center bisa didefinisikan sebagai suatu proses sistematik untuk menilai kompetensi perilaku individu yang dipersyaratkan bagi keberhasilan dalam pekerjaan, dengan menggunakan beragam metode dan teknik evaluasi, serta dilaksanakan oleh beberapa assessor (seseorang yang melakukan penilaian berbasis kompetensi terhadap assessee), serta diterapkan kepada lebih dari 1 (satu) orang assessee (pegawai/calon pejabat yang akan diukur kompetensinya).[2]
Dengan demikian, pada prinsipnya assessment center merupakan suatu metode penilaian yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kapasitas seseorang secara komprehensif berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan secara sistematis dari hasil analisis pekerjaan, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh mampu menggambarkan kriteria spesifik sesuai yang ditentukan oleh persyaratan jabatan yang ada. Metode ini lazim digunakan untuk menilai kemampuan calon.

2.2  Tujuan Assessment Center
Berkaitan dengan bahasan tentang assessment center dan terkait dengan subbahasan berupa tujuan assessment center ini, berikut dikemukakan pendapat para ahli di bidang assessment center.flippo, mengemukakan sebagai berikut “ tujuan assessment center adalah:
. Dalam seleksi, penekanannya terutamaditujukan untuk mengidentifikasi perilaku calon yang ditunjukan pada saat tes dilakukan dan mencocokannya dengan perilaku yang diperlukan dengan pekerjaan / jabatan yang akan diisi.[3]
Assessment Center selain betujuan untuk memilih calon-calon pimpinan yang handal dan siap menghadapi tugas-tugas ke depan nanti, juga digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan, yang perlu diberikan kepada setiap karyawan agar lebih siap menghadapi tugas-tugas yang akan diberikan di kemudian hari. Assessment Center sebagai suatu metoda, selain digunakan dalam program pengembangan karir, juga digunakan dalam proses seleksi dan penempatan karyawan.[4]
Sedangkan dalam pengembangan karier, fokus assessmen center adalah terutama untuk mengidentifikasi pegawai yang perilakunya dianggap sesuai dengan kebutuhan susuatu jabatan. Bagi calon yang memperlihatkan kelemahan sesuai dengan jabatan yang diperlukan selanjutnya dapat menjadi bahan masukan untuk penyusunan kebutuhan diklat. Penggunaan assessment center hanya pada jabatan-jabatan tinggi ini terutama karena tingginya biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan suatu penilaian ( assessment ). Assessment center dikatakan sebagai alat yang memiliki daya prediksi yang cukup valid untuk memastikan investasi organisasi di bidang pengembangan dan penempatan SDM. Beberapa keuntungan / manfaat bagi pengembangan individu, seperti.
a.       Dapat bekerja pada tempat yang sesuai dengan kompetensinya
b.      Dapat mengoptimalkan potensi diri
c.       Dapat mengetahui kebutuhan pengembangan dirinya berdasarkan fedback yang diterimanya.
Sedangkan keuntungan bagi pengembang individu, antara lain meliputi.
a.       Mendapatkan calon pejabat sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
b.      Dapat mengembangkan potensi pegawainya secara terus-menerus sehingga didapatkan kinerja yang lebih baik.
c.       Memperoleh kriteria jabatan tertentu
d.      Dapat dipergunakan untuk mendiagnosa kebutuhan pelatihan dan pengembangan
e.       Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan manajerial skill
f.       Menyusun strategi dan tindakan pengembangan yang tepat
Berdasarkan uraian tersebut di atas, secara umum asssessment center dapat disimpulkan sebagai suatu metode untuk memprediksi perilaku melalui simulasi yang dapat mengukur kemampuan seorang dalam menangani tanggung jawab di masa mendatang. Dengan demikian secara praktis, assessment center yang merupakan multiple method process, dapat dipahami sebagai proses penilaian yang di desain secara khusus untuk meminimalkan adanya penyimpangan ( bias ) sehingga assesse mempunyai kesempatan yang setara untuk menunjukan potensinya melalui evaluasi yang standar.
Untuk itulah maka simulasi dibuat sesuai dengan tugas-tugas yang berhubungan dengan suatu jabatan yang menjadi sasaran, dan digunakan untuk menyeleksi dan mengembangkan individu-individu yang mempunyai potensi dan kemampuan untuk ditempatkan pada jabatan tertentu dimasa mendatang. Metode assessment center diharapkan secara optimal dapat di gunakan untuk menelusuran potensi dan minat. Misalnya pegawai negeri sipil (PNS) yang akan ditempatkan dalam suatu jabatan dan sesuai dengan kehendak undang-undang nomor 43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian, pasal 17 ayat 2 yang dilaksanakan berdasarkan prinsip propesionalisme sesuai dengan kopetensi, prestasi, dan jenjang pangkat yang ditetapkan dalam jabatan itu serta sarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan. “selanjutnya pfeffer, et al. (2007: 72) mengemukakan sebagai berikut: “tujuan assessment center adalah untuk mendapatkan indikasi terbaik dari kemampuan aktual atau potensi untuk melakukan tugas yang ditergetkan pada level tetentu.”
Berikut dikemukakan bahwa untuk mencapai tujuan ini serta akan melakukan simulasi sesuai dengan pekerjaan masing-masing. Performance dalam simulasi inilah yang nantinya akan diukur. Logika hal ini sangat jelas, kalau kita bertujuan untuk melihat kemampuan seorang dalam melakukan pekerjaan, cara simulasi. Performance orang dalam simulasi tersebut yang akan dibedakan sebagai alat untuk memprediksi perilaku mereka di dalam pekerjaan. Dengan demikian, pokus dari assessment center adalah bahavior (perilaku) yang didapatkan melalui serangkaian pelatih yang menstimulasikan aspek-aspek utama dari pekerjaan. Contoh, suatu pekerjaan yang melibatkan aktifitas di belakang meja, serta di kursi dengan individu dan kelompok. Assessment center untuk pekerjaan tersebut meliputi latihan in tray dan analisis masalah, sebuah meeting dengan pelanggan atau bawahan dan sebuah negosiasi kelompok atau problem solving meeting. Dengan demikian, sebenarnya ada dua indikator exercise, yaitu latihan yang tertulis dan interaktif, dan pariasi dari latihan simulasi ini sangat penting.
2.3  Karakteristik dan Persyaratan Assessment Center
1)      Karakteristik Assessment Center
Dalam bahasan tenteng assessment center dalam era kompetisi dan terkait dengan subbahasan berupa karakteristik assessmen center tersebut, Pradiansyah dalam pfeffer, mengemukakan sebagai berikut. “ untuk dapat disebut sebagai assessment center ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Pertama Dimensi atau kompensasi sebelum kita melakukan assessment center, terlebih dahulu harus melakukan job analisis pekerjaan. Dengan melakukan job analisis kita akan mendapatkan profil dari suatu pekerjaan yang meliputi dimensi-dimensi apa saja yang dibutuhkan supaya seseorang dapat sukses dalam pekerjaan tersebut. Dimensi meliputi tiga hal , yaitu pengetahuan dan keahlian, perilaku, dan motivasi (motivation) jadi dengan melakukan job analisis kita akan mengetahui apa apa saja ayang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut dimensi.”
Berdasarkan uraian tersebut, berikut dapat dikemukakan bahwa dalam stu pekerjaan terdapat beberapa dimensi sesuai dengan level dari pekerjaan tersebut. Semakin kompleks suatu pekerjaan, maka dimensi yang dibutuhkan juga semakin banyak untuk pekerjaan yang simple, misalnya sebagi stap administrasi mungkin hanya diperlukan 6 dimensi, untuk pekerjaan profesional sekitar 10-12 dimensi, sedangkan untuk pekerjaan manajer dibutuhkan sekitar 15 dimensi. Mengetahui secara pasti profil suatu pekerjaan akan memberikan landasan atau dasar kepada kita dalam menyeleksi atau mengembangkan profil pekerjaan yang sesuai. Job profil harus menjadi dasar sehingga memudahkan kita untuk mencari candidate profile yang cocok dengan pekerjaan tersebut.
Inilah yang kemudian kita nilai assess. Setelah kita melakukan analis pekerjaan, maka langkah kedua adalah menentukan tehnik Pradiansyah (2007) dalam pfeffer, at al. (2007: 72) sebagi berikut. “ yang dimaksud dengan metode untuk mengumpulkan data tenteng kemampuan peserta. Tehnik ini berupa latihan yang didesain untuk menjanjikan informasi mengenai dimensi-dimensi yang di syaratkan oleh suatu pekerjaan.ada berbagai macam tehnik yang dapat digunakan seperti tes, interview, kuesioner, sosiometris maupun simulasi. Bentuk simulasinyapun bermacam-macam seperti in basket, diskusi kelompok, simulasi interaksi dan latihan menemukan fakta(fax finding axercises).
Atas uraian tersebut, perlu dikemukakan bahwa dalam assessment centerini simulasi-simulasi tersebut harus ada. Kegunaan simulasi tersebut adalah untuk memberikan kepada assessor(penilai)untuk mengamati perilaku kandidat yang berkaitan dengan dimensi-dimensi suatu pekerjaan yang dinilai. Berikutnya adalah kriteria ketiga dari karakteristik suatu assessment center. Dalam kaitan ini Pradiansyah (2007) dalam pfeffer,at al. (2007: 72)  mengemukakan sebagai berikut.
“ langkah ketiga dalam karakteristik assessment center adalah adanya suatu tim penilai (team of assessor) yang akan mengamati dan menilai peserta. Penilai ini harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Jumlah assessor harus lebih dari satu orang untuk memperkecil bias dan subjektivitas. Assessor ini bisa di dalam perusahaan maupun menggunakan jasa konsultan(untuk remote assessment).”
Berdasarkan uraian tersebut, dikemukakan bahwa terdapat kelebihan dalam menggunakan assessor orang dari dalam organisasi (in hause assessor) adalah pada efisiensi biaya, apalagi kalau jumlah kandidat yang akan dinilai cukup banyak. Namun karena penilaiannya orang dalam, kelemahannya adalah pada masalah objektivitasnya. Hal ini dikarenakan mungkin saja pengamatan penilai terhadap kinerja kerja sehari-hari kandidat akan sedikit banyak memengaruhi penilaiannya. Dalam hal ini penilaian jarak jauh(remote assessment) yang dilakukan oleh pihak ketiga (konsultan) akan lebih mendekato objektivitas. Terakhir adalah karakteristik keempat dalam assessment center Pradiansyah (2007) dalam pfeffer,at al. (2007: 72). Dalam kaitan ini pfeffer mengemukakan sebagai berikut.
“ karakteristik keempat assessment center adalah pengumpulan dan pelaporan data. Assessor harus menggunakan sebuah prosedur yang sistematis untuk mengamati dan mencatat perilaku yang spesifik yang dilakukan peserta di setiap latihan. Prosedur-prosedur sistematisnya antara lain dengan menggunakan behavioral checklist. Setelah mengumpulkan data ada dua proses analisi data yang harus dilakukan oleh assessor yaitu yang disebut data analysis dan data integration. Dalam data analisis setiap assessor berusaha untuk menganalisis data yang diperolehnya, kemudian memberikan penilaian (rating) untuk setiap dimensi. Setelah penilaian tersebut selesai, proses berikutnya dinamakan data integration. Di sini para assessor berkumpul kemudian mendiskusikan penilaian mereka terhadap setiap kandidat atas semua dimensi yang dinilai. Bila ada perbedaan penilaian, para assessor akan menjelaskan contoh masing-masing dan mengemukakan argumen untuk memperkuat penilaiannya. Dari sinilah kemudian dicapai kesepakatan penilaian terhadap setiap kandidat pada setiap dimensi.”
Atas uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya terdapat sekitar enam orang mengikuti assessment center pada waktu yang bersamaan. Dengan jumlah tersebut akan memudahkan mereka untuk melakukan group exercise bersama-sama. Selain itu, biayanya pun dapat lebih ditekan.
2)      Persyaratan Assessment Center
            Thornton (1992:34-35) mengemukakan :”terdapat beberapa persyaratan dasar untuk menentukan suatu metode assessment center. Persyaratan dasar tersebut dimaksudkan untuk menentukan konsistensi dan akurasi metode assessment center. Beberapa persyaratan tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Analisis jabatan
            Marihot (2002:48) mengemukakan analisis jabatan atau job analyst diartikan dengan systematically collects, evaluate, organize information abou job. These action are usally done by specialist called job analyst, who gather data about job”. Jika diterjemahkan adalah sebagai pengumpulan, penilaian, dan penyusunan informasi secara sistematis mengenai tugas-tugas dalam organisasi yang biasanya dilakukan oleh seorang ahli yang disebut job analyst. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa analisis jabatan adalah usaha untuk mencari tahu tentang jabatan atau pekerjaan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang dilakukan dalam jabatan tersebut.
            Terkait dengan assessment center, analisis jabatan melibatkan beberapa prosedur yang sistematis untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi pekerjaan menyangkut aspek keahlian, kualitas, karakteristik, motivasi, pengetahuan, atau tugas yang diperlukan untuk suksesnya suatu pekerjaan. Bila dalam suatu organisasi analisis ini belum dilakukan, maka analisis jabatan perlu dilakukan sebagai bagian tahapan dalam pelaksanaan assessment center.

b.      Teknik multi penilaian (multiple assessment techniques)
            Suatu variasi teknik penilaian dapat digunakan untuk mengevaluasi kandidat dalam assessment center. Teknik ini termasuk wawancara, tes tertulis, kuesioner, dan tes situasional. Teknik-teknik harus dirancang untuk memberikan berbagai kesempatan atau peluang bagi assessor untuk mengobservasi perilaku yang kompleks dari dimensi-dimensi pekerjaan yang disyaratkan sebagaimana hasil analisis jabatan.
Salah satu metode assessment center yang paling popular adalah metode tes situasional. Dalam tes situasional akan menggambarkan aspek-aspek dari pekerjaan lowong, yang ditampilkan dalam suatu pemberian tugas, pemecahan masalah sesuai dengan kondisi pekerjaan yang sebenarnya. Tes situasional ini merupakan tes kinerja yang membutuhkan perilaku yang kompleks dalam suatu simulasi yang dibuat. Contohnya, dalam simulasi tes ini setiap kandidat dalam suatu kelompok diskusi, harus menawarkan saran-saran terkait dengan kasus yang diberikan dengan cara menganalisis, memberikan rekomendasi, membuat proposal, atau usulan kerja, dan lain-lain.
            Metode multiple assessment tumbuh di dunia psikologi pada tahun 1930-an. Pemanfaatan assessment center pertama kali untuk seleksi pegawai dilakukan oleh tentara Jerman dan Inggris selama perang dunia ke-2. Setelah PD II metode ini diadaptasi dan digunakan oleh British Civil Service untuk merekrut pegawai staf administrasi. Lalu pada tahun 1950-an American Telephone and Telegraph Company (AT&T) memakainya untuk pertama kali demikepentingan dunia bisnis. Sejak itu metode assessment center digunakan oleh berbagai negara diberbagai belahan dunia. Keandalan metode AC ini terbukti dari lebih 50 studi keandalan yang mengindikasikan bahwa Assessment Center dalam memprediksi performance dan kesuksesan yang akan datang lebih baik dibanding dengan tool lainnya.[5]


2.4 Penggunaan Assessment Center
            Berkaitan dengan bahasan tentang penggunaan assessment center tersebut, berikut dikemukakan bahwa assessment center kini digunakan untuk berbagai organisasi yang meliputi bidang-bidang industry, pendidikan, milliter, pemerintahan, dan profesional. Dalam lingkungan pemerintahan (public sector), antara lain organisasi di lingkungan Badan Kepegawaian Negara (BKN), Depertemen Pertahanan dan Keamanan (DEPHANKAM) dan Polisi Republik Indonesia (PORLI). Sedangkan di lingkup privat sector misalnya perusahaan-perusahaan seperti PT TELKOM, Toyota Astra, IBM, Bell Telephone, SOHIO semuanya menggunakan assessment center. Selanjutnya, secara tradisional assessment center digunakan untuk (Preffer, el al. (2007:75):
a.       Pertama, meyeleksi orang-orang untuk pekerjaan-pekerjaan low and middle management. Namun dalam decade terakhir ini banyak perusahaan yang menggunakan assessment center untuk menyeleksi orang-orang mulai dari level eksekutif puncak sampai bawah.
b.      Kedua, untuk penempatan (placement). Setelah memulai diagnosis dalam assessment center karyawan kemudian ditempatkan di area-area yang bisa mengkapitalisasi kekuatan-kekuatan mereka atau untuk menopang kelemahan-kelemahan mereka (development needs). Penempatan pegawai disini adalah proses kegiatan yang dilaksanakan unit SDM dalam suatu organisasi untuk menentukan lokasi dan posisi seorang pegawai dalam melakukan pekerjaan. Yang menjadi sasaran proses penempatan pegawai tersebut, adalah untuk mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia dalam organisasi. Selain itu, agar pegawai yang ditempatkan itu tidak terombang-ambing lagi dalam menunggu tempat dan apa yang dikerjakan, serta menempatkan orang yang tepat pada posisi dan tempat yang tepat, agar organisasi dapat bertindak efisien dapat memanfaatkan SDM yang ditempatkan tersebut.
c.       Ketiga, untuk pengembangan training harus berdasarkan analisis kebutuhan training (training need analysis/TNA). Salah satu cara training need analysis ini adalah dengan assessment center. Hasil assessment center ini adalah suatu diagnosis yang jelas mengenai strength and development area yang berbeda-beda setiap orang. Artinya bahwa suatu training dilakukan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, yaitu mengembangkan area-area keahlian yang masih kurang (skill deficiencies).
d.      Keempat, adalah proficiency assessment. Dalam hal ini assessment center digunakan untuk akreditas, misalnya untuk mendapatkan sertivikasi mengajar ilmu/keahlian tertentu.
e.       Kelima, untuk mengembangkan organisasi dan perencanaan sumber daya manusia. Assessment center membantu pimpinan untuk bekerja secara lebih kooperatif, dengan mengidentifikasikan kelemahan-kelemahan (gap) yang ada dan mungkin membutuhkan penempatan ulang pelatihan dan pengembangan (training and development).
f.       Keenam, adalah untuk perencanaan karier dan promosi. Assessment center memberikan informasi dengan cara mengidentifikasi kompetensi. Individu atau organisasi menggunakan informasi ini untuk merencanakan pengembangan dan promosi. Kaitan dengan perencanaan karier, berikut ini dikemukakan pendapat Sadili, (2006:133) bahwa “ perencanaan karier adalah merupakan kemungkinan seorang karyawan suatu organisasi sebagai individu meniti proses kenaikan pangkat atau jabatan sesuai persyaratan dan kemampuannya”. Perencanaan karier (career planning) merupakan bagian yang sangat penting karena menentukan dinamika organisasi, yaitu suatu proses pemilihan sasaran karier serta jenjang-jenjang jabatan untuk sasaran karier tersebut sesuai minat, bakat, dan kemampuannya.
2.5 Kriteria dan Elemen Penilaian Assessment Center
1)      Kriteria/ Tata kerja assessment Center
            Pra assessment ceter
            Rosihan (2007) dalam Pfeffer mengemukakan sebelum assessment center di lakukan, diperlukan sejumlah langkah persiapan, yaitu : melakukan analisis pekerjan, di maksud untuk menyusun uraian pekerjaan dari jabatan yang akan di isi, setelah uraian pekerjaan jelas,tindakan selanjutnya adalah menentukan kriteria sukses dari jabatan tersebut. Selanjutnya menentukan dimensi atau persyaratan jabatan.dimensi adalah sejumlah factor yang di anggap mewakili dan harus dimiliki oleh calon pemegang jabatanagar yang bersangkutan mampu mencapai kriteria sukses yang telah dicapai. Setelah dimensi siap, kemudian menetapkan bentuk simulasi yang akn digunakan dalam proses penilaian terhadap calon atau assesses. Bentuk simulasi yang di gunakan harus dapat menstimulasi munculnya dimensi yang telah di tetapkan, sehingga dapat diamati kapasitas assesses dalam setiap dimensi yang telah di tetapkan. Bagian akhir dari tahap pr assessment center adalah penyusunan materi simulsi disini kit berusaha menyusun ide atau materi yang akan menjadi objek bahasan /diskusi/latihan dalm masing-masing bentuk simulasi yag telah di tetapkan.
Bentuk simulasi yang biasa digunakan adalah sbb :
·         Leaderless group discussions merupakan diskusi kelompok tanpa penujukan seorag pemipin, yang memungkinkan setiap anggota kelompok memanifestasikan potensinya. Dalam simulasi ini antara lain dapat dimati keampuan seseorang dalam mengarahkan dan memipin kelompok kemampuan menjelaskan gagasa sehingga bisa diterima oleh orang lain.
·         In basket exercises, adalah bentuk latihan , yaitu assesses diminta menyimpulkan dan memecahkan suatu masalah melalui sejulah data dan informasi yang disediakan secara terpisah-pisah, baik dari data korespodensi, data yang lalu dll. Dari simulasi ini dapat di ungkap kemampuan analisis dan sintetis, kemampuan merencana, dan mengorganisasi.
·         Interview role plays, tekik ii merupakan suatu peralatan yang meungkinkan para pegawai untuk memainka peran yang berbeda. assesses berperan sebaagai manajer yang melakukan interview guna pemecahan masalah. Dalam simulasi ini antara lain dapat di ungkap keampuan komunikasi, sistematika berpikir dll.
·         Business games, adalah bentuk simulasi yang lengkap yang di sesuaikan dengan situasi nyata dunia bisnis. Bentuk simulasi ini adalah yang paling lengkap mengungkap kemapuan seseorang memecahkan masalah, kemampuan kewirausahan, ketahanan terhadap stress, kreativitas dll.
·         Analysis exercises adalah bentuk latihan dengan membahas ksus. Bentuk simulasi ii untuk mengungkap kemampuan analisis dan sintesis.
·         Presentation exercises, dalam ini assesses diminta melakukan presentasi. Bentuk simulasi ini lebih di maksudkan untuk mengungkap sistematika berpikir dan kemampuan menemukan gagasan.[6]

2)      Elemen penilaian Assessment Center
Terkait dngan elemen penilaian dalam assessment center,  berikut ini adalah dimensi yang umumnya digunakan sebagai bahaan penilaian :
a.       Oral communication. Hal ini menunjukkan pda kmmpuan dalaam mngekpresikan secara efektif baik perorangan maupun kelompok, termasuk geraktubuh dan kmunikasi nonverbal lainnya.
b.      Plnning angd organizing, hal ini menunjukan pada kemampuan peserta tes dalam menyusun rencana kegiatan, yang ditujukan baik untuk dirinya maupun oranglain untuk mencapai tujuan-tujuan yang spesifik.
c.       Delegation, menunjukkan pada kesempatan peserta tes untuk mamanfaatkan bawhannya secara efektif dan memberikan wewenang dan tanggungjawab kepada bawahannya dengan tepat.
d.      Control, kemampuan peserta tes dalam menetapkan suatu prosedur untuk meminitor atau menetapkan ketentuan yang terkait dengan proses,tugas, dan tanggungjawab,termasuk kemampuan mangambil tindakan terhadap hasil tugas atau proyek yang di tentukan kepadanya.
e.       Decisiveness, hal ini menunjukkan padakesiapan peserta tes untuk membuat keputusan,membuat penilaian, mengambil tindakan ,termasuk komitmen pada dirinya.
f.       Initiative, menunjukkan pada kemampuan peserta tes secara aktif dalam memengaruhi kejadian dalam rangkaa mencapai tujuan kerja, menunjukkan pada kemampuan mengambil inisiatif tindakan, mengambil tindakan melebihi batas kewajiban yang di haruskan untuk mencapai tujuan srta memiliki tindakan yang orisinil.
g.      Tolerance for stress, hal ini menunjukkan pada kemampuan peserta tes untuk memelihara kinerja yang stabil baik dalam situasi kerja yang menekan maupun yang normal.
h.      Adaptability, hal ini menunjukkan pada kemampuan peserta tes dalam memelihara secara efektif terhadap lingkungan kerja, tugass, tanggungjawaab, maupun berhadapan dengan orang yang beragam.
i.        Tenacity, menunjukkan pada kemampuan peserta tes tetap bertahan daalam suatu posisi atau rencana tindakan sampai tujuan yang di inginkan tercapai atau benar-benar tidak dapat di capai sama sekali.

2.6 Pelaksanaan, Mekanisme dan Metode Assessment Center
1)      Pelaksanaan assessment center
            Dalam proses ini assessment , assessor atau si penilai memegang peran yang penting dan dominan karena ia harus mengikuti dan mengamati seluruh proses dengan seksama untuk mengevalusi setiap dimensi yang telah di tetapkan dan memberikan nilai dalam bentuk angka yang di tulis dalam formulir yang telah di sediakan. Oleh karena itu assessor seharusnya seseorang yag benar-benar terlatih dalam bidangnya, baik dalam bidang pemahaman perilaku manusia maupun pemahaman dalam bidang pekrjaaan yang diamati. Jumlah assessor yang di sarankan adalah 3-4 orang dengan jumlah assesses 6-8 orang. Pelaksana bisanya 2-3 hari, dengan menggunakan beragam betuk simulasi yang ada. Untuk menyiapkan hasilnya, assesors memerlukan waktu 2 hari lagi untuk mendiskusikan hasil pengamatan dan penilaian masing-masinig assessors, membuat laporanya dan memberikan umpan balik tas kesimpulan yang di dapat dari hasil penilaian tersebut.
Dalam pemilihan kriteria ini hal-hal yang perlu di lakukan adalah ( Thornton, 1992:57 ) :
·         Tentukan daftar dimensi yang akan dinilai.
·         Cotoh-contoh perilaku untuk menjelaskan dimensi /untuk pelatihan assessor.
·         Saran-saran terkait dengan jeis tes yang di anggap dapat menggambarkan situasi jabatan.
·         Saran-saran tentang mteri permasalahan yang akan di masukkan dalam tes.
·         Indicator tentang tingkat keerhasilan darikeutuhan dimensi pekerjaan.
·         Stadar utuk menentukan scoring tes kinerja kandidat.dokumentasi yag terkait emua kegiatan proses penilaian, sebagai bahan jika terjadi keberatan.
·         Merencankan analisis jabatan.
·         Menelaah ketersediaan informasi yang terkait dengan uraian jabatan, sarana pelatihan.
·         Amati pegawai yang melakukan pekerjan dari jabatan yang dinilai.lakkan wawancra dengan pegawai dari jabata yang diamati.
·         Kembangkan kuesioner berdasarkan wawancara dan tujuan kuesioner kepada sampel yang di aggap mewakili posisi jabatan terseut.
·         Buat catatan penting terkait tetang perilaku yang efektif dan tidak efektif dari atasan langsung pegawai.
·         Lakukan wawancara dengan bawahan pegawai yang diobservasi.
·         Buatlah daftar pendahuluan tentang dimensi yang dinilai.
·         Dapatkan rating terkait dengan dimensi yang dinilai dari atasan.
·         Akhirya tentukan dimensi yang di guakan seagai bahan penilaian.
Dalam rangka optimaliasi kerjapejabat stuktural terdapat persyaratan khusus yang sekurang-kurangnya perlu dimiliki calon pejabat stuktural, yaitu :
·         Memiliki intergritas moral
·         Memiliki semangat dan tekad yang tnggi dalam mencapai misi organisasi.
·         Memiliki kemampuan kepemimpinan sesuai kebutuhan tingkat jbtan.
·         Memiliki kompetensi teknis sesuai dengan kualifikasi jabatan.
·         Memiliki kemampuan bekerja sama dalam tim.

2)      Mekanisme Assessment Center
Dalam bahasan tentang assessment center dalam era kompetisi dan terkait dengan subbahasan berupa mekanisme assessment center, berikut ini adalah suatu contoh rangkaian teknis kegiatan assessment center (Heneman, 2005: 525) sebagai berikut :
“ Hari pertama, minggu (sore), peserta tiba untuk interaksi sosial, orientasi, pertemuan, dan diskusi. Senin : diskusi kelompok. Peserta dibagi dalam dua kelompok masing-masinglima orang untuk mendiskusikan kelayakan investasi bisnis. Masing-masing kelompok diamati oleh tiga assessor dengan cara  mencatat keseluruhan kegiatan dan partisipasi secara individual. Selanjutnya (sore harinya) diadakan wawancara dengan psikologklinis dan psikotes. Hari kedua, Selasa : kegiatan individual ( in-basket), wawancara berkenaan  dengan kinerja, in-basket, tes tambahan, dan kegiatan kelompok. Hari ketiga, Rabu : Analisis kasus.”
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa dari keseluruhan rangkaian kegiatan ini, assessor menulis antara 2-3 halaman laporan berdasarkan hasil pengamatannya tentang performa peserta tes. Dalam hal ini peserta tes akan diidentifikasi berkenaan dengan keseluruhan aspek-aspek penilaian yang telah ditetapkan. Dalam pelaksanaan penilaian (assessment), umumnya kegiatan ini memerlukan beberapa hari penilaian, yaitu antara dua sampai tiga hari, bahkan beberapa penilaian menghabiskan waktu sampai lima hari ( Heneman, 2005: 523). Dalam kegiatan assessment center ( Heneman, 2005: 524) peserta tes akan dilibatkan dalam suatu rangakaian simulasi dan tes kerja atau yang di sebut dengan pelatihan (exercises). Peserta mungkin akan dinilai pula dengan instrumen-instrumen lainnya sebagai bagian kegiatan assessment center, seperti wawancara, tes kemampuan, tes kepribadian, dan penghasilan formulir keterangan biografi ( biographical information blanks).
Dalam wawancara tersebut, pimpinan atau tim assessor akan mengadakan wawancara formal dan mendalam dengan assessie. Dengan demikian, akan didapatkan data yang lebih komplit dan terinci. Dengan percakapan langsung, pewawancara yang telah berpengalaman dan jeli dapat menggali kemampuan (acceptability) seorang assesi. Dengan wawancara akan diperoleh informasi dari setiap pelamar, kemudian di bandingkan satu persatu siapa yang paling tinggi kemampuannya untuk melakukan pekerjaan tertentu. Wawancara ( interviewing ) berarti Tanya jawab dengan maksud memperoleh data atau informasi lebih mendalam secara dari assessi. Cara wawancara dikenal atas unstructured interview, structured interview,dan mixed interview. unstructured interview ( free interview) adalah wawancara secara bebas tanpa persiapan pertanyaan yang akan dinyatakan.
Sedangkan structured interview (guided interview) adalah wawancara yang pertanyaan nya telah disiapkan sehingga wawancara lebih terarah dan cepat. Keburukan cara ini hasilnya tidak mendalam karena pertanyaan yang diajukan terbatas. Sedangkan mixed interview adalah kombinasi dari free interview dengan guided interview. Cara ini akan dapat memperoleh data atau informasi yang lebih komplit dan terinci. Tes kemampuan (psychological test), merupakan tes untuk menguji kemampuan fisik assesse. Sedangkan terkaitdengan tes kepribadian ( personality test), yaitu mengetes kepribadian mental assessie dalam hal kesediaan bekerja sama, sifat kepemimpinan, kejujuran, dan unsure-unsur kepribadian lainnya yang dibutuhkan organisasi.
3)      Metode / instrumen assessment Center
            Dalam penilian potensi dan kompetensi yang di perlukan bagi kndidat pejabat stuktural ebgaimna dalam program assessment center dapat di gunakan beberapa metode. Namun demikian metode yang paling banyk di gunkn adlah in bsket exercise, diskusi kelompok ( tanpa ketua kelompok ), analisis kasus. Metode/instrument tersebut adalah sebagi berikut :
·         In basket exercise
Teknik ini merupakan suatu simulasi, yaitu masing-ming kndidat di hadapkan dengn berbagai kerts kerj yang trsedi dalm utu tempat kerja pimpinn. Dalam kegiatan pengetasan melalui instrument ini,peserta akan di minta untuk menanggapi atau membutberbagai hal seperti permohonan, memo, pengumuman , laporan.dalam simulasi ini peserta di harapkan dapat menuliskan prioritas dan rincian kegitan, membuat konsep memo, menyusun jadwal rapat dll yang harus di lakukan dalam waktu yang terbatas antara 2-3 jam. Dengan waktu yang singkat tersebut, memaksa andidat menentukan prioritas dan membuat suatu keputusan.melalui in basket ini peserta akan di liht atau di nilai berkenaan dengan potensi superioritas kinerjanya , sebagai salah satu kriteria penilaian dalam assessment center.
·         Leaderless Group Discussion
Dalam metode ini antara empat sampai delapan kandidat diberikan beberapa permasalahan untuk diselesaikan dalm suatu periode waktu tertentu, umumnya satu jam. Dalam penilaian ini suatu keompok kecil diberikan suatu kasus dan bekerja dlam mslh tersebut. Kasus tersebut di desain dengan mslah yang mirip mereka hadai pad jabatan atau posisi. Selanjutnya sebagin kelopok diinta untuk memcahkan masalah tersebut, serta menyiapkan rekomendasi tertulis yang telah disetujui oleh semua anggota. Selmamereka bekerja, tim assessor berada di sekitar mereka dengan cara mengevaluasi bagimana anggota kelompok berperilaku dalam posisi yang tidak distuktur.
·         Case Analysis
Dalam kegiatan ini kepada setiap peserta diberikan suatu kasus yang sesuai dengan kondisi kegiatan yang sesungguhnya.masing-masing peserta diminta untuk memberikan analisis berkenaan dengan kasus tersebut. Ruang lingkup analisis seperti menyangkut aspek keadan msalah, sebab-sebabnya, dan rekomendasi penyelesainnya. Penilaian mencakup hasil kerja tertulis dan laporan lisan dengan menggunakan sistem scoring. Dalamhal ini masing-masing peserta diminta untuk mempresentasikan hasil analisisnya dengan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan, computer, dan spek yang menjadi perhatian dari panel manager.
·         Business Games Leaderless
Dalam teknik ini, diberikan permainan dengan tingkat kompleksits yang berbeda. Contohnya adalah sebagai berikut :
ü  Dua jam simulasi operasi usaha menufakturing dilaksankan oleh suatu tim dengn enam pimpinan deprtemen.
ü  Empt jm simulasi stok penjulan yang di lakukan oleh tiga anggota tim.
ü  Delapan jam dengan menggunakan computer, yaitu permainan di lakukan dengan melibtkn dua puluh pimpinan dariberbagai divisi yang ada di organisasi.
Dalam permainan tersebut, dibiarkan bersifat ilmiah yaitu setiap kandidat dapat berinteraksi secara bebas baik antara anggota dalam kelompok dan lain-lain. Dalam metode ini beberapa dimensi dapat dilihat seperti kemampuan dalam membuat perencanaan strategik, kerja tim, dan kepemimpinan.
Instrumen, lainnya  yang juga digunakan dalam assessment center (Henemen, 2001:528) yaitu:
1.      Role-play
Kandidat ditempatkan dalam simulasi situasi, yaitu peserta tes (kandidat) harus berinteraksi dengan peserta lainnya, yang berperan sebagai atasan, bawahan, atau pelanggan. Setiap kandidat akan dilihat bagaimana sikap yang bersangkutan dalam menanggapi/menghadapi bawahan sulit atau pelanggan yang kritis, dan lain-lain.
2.      Fact Finding
Dalam tes menggunakan teknik ini, kandidat pegawai diberikan dengan kasus atau masalah dengan informasi yang tidak lengkap. Kandiidat diminta untuk membaca sejumlah informasi yang terbatas terkait denga suatu permasalahan, dan kandidat diberi kesempatan untuk mendapatkan tambahan informasi dengan cara dengan cara menanyakan langsung kepada orang yang memiliki informasi dalam hal ini orang tersebut bisa berarti orang yang terlatih untuk memberikan  informasi atau assessor sendiri. Selanjutanya kandidat akan dilihat  dari cara mengambil informasi atau data sebagai bahan untuk memecahkan masalah.
3.      Oral Presentations
Menilai kemampuan ini penting dalam praktik, banyak pekerjaan yang membutuhkan kemampuan presentasi sesuatu baik itu kepada pelanggan, pimpinan, dan lain-lain. Dalam kaitan ini penilaian terkait dengan aspek interpersonal skills dalam pekerjaan. Dalam metode ini kandidat diminta untuk mempresentasikan suatu kasus hasil analisis atau suatu topik yang telah disiapkan, dan selanjutnya dikonfrontasikan dengan assessor, dalam hal ini kandidat diposisikan dalam situasi yang menekan dengan cara diuji pendapat-pendapatnya. Dalam presentasi ini kandidat diberikan berbagai perlatan pendukung presentasi sperti flip charts, marker pens, transparancies, over head projector, dan lain-lain. Sehingga dengan cara ini dapat dilihat bagaimana kandidat mendayagunakan resources yang ada.
4.      Written Case Analysis
Dalam penggunaan metode/tes ini, kandidat diberi bahan bacaan terkait dengan permasalahan yang dihadapi organisasi baik menyangkut aspek finansial, sistem, atau proses kerja dan lain-lain untuk dianalisis maslahnya oleh masing-masing kandidat dan memberikan rekomendasi seperlunya kepada manajemen (Henemen, 2000: 527). Selanjutnya dalam kegiatan penilaian, peran assessordemikian penting. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu pelatihan dan persyaratan yang perlu dikuasai oleh masing-masing assessor tentang aspek-aspek yang dinilai. Berikut ini ruang lingkup materi yang perlu dipahami setiap assessor:
a)      Pemahaman perilaku peserta: salah satu aspek penting dalam assessment center adalah tentang dimensi perilaku pekerjaan yang dievaluasi. Dalam hal ini dimensi-dimensi tersebut harus mewakili dan dianggap penting terkait dengan jabatan yang akan diduduki. Langkah pertama, untuk pelatihan assessor ini, peserta dikenalkan dengan dimensi-dimensi yang dinilai. Masing-masing assessor diberikan suatu pengetian yang jelas dan rinci untuk masing-masing dimensi, dan mengalikasikan waktunya untuk mendiskusikannya dalam kemlompok denga  tujuan untuk mendapatkan persepsi yang sama diantara assessor.
b)      Pengamatan perilaku peserta: setelah assessor mengenali dengan baik dimensi-dimensi pekerjaan, maka assessor dilatih tentang cara-cara mengamati /mengenali dan mencatat/merekamm perilaku diatas. Pentingnya pelatihan tersebut untuk menghindarkan kecenderungan para pimpinan (sebagai assessor) membuat  penilaian segera tentang kinerja di atas, tanpa didukung informasi yang memadai dan akurat tentang keadaan peserta. Dengan demikian, pelatihan pengamatan perilaku ini dimaksudkan untuk mengatasi kecenderungan assessor dalam melakukan penilaian segera, dengan membiasakan untuk memfokuskan pada upaya merekam perilaku peserta (gatewood, 2001: 656).
Assessor dalam pelatihan ini akan diperkenalkan tentang perbedaan antara teknik merekam dengan teknik melakukan penilaian dengan contohnya masing-masing. Assessor diminta untuk mengidentifikasi pernyataan mana yang merefleksikan aspek perilaku atau aspek penilaian. Contoh penilaian untuk dimensi Tolerance for Status, dilakukan dengan cara mengidentifikasi masing-masing pernyataan dalam tabel dibawah ini apakah termasuk yang terkait dengan perilaku peserta  atas bagian penilaian assessor. Setelah memahami perilaku dengan jelas, selanjutnya pelatihan difokuskan untuk merekam perilaku, baik yang langsung dan tampak tentang kejadian ataupun melalui rekaman video, tugas assessor dapat mencatat dan berhenti pada spesifikasi kejadian tertentu untuk didiskusikan diantara tim assessor tersebut.
Mengkategorikan perilaku peserta: dalam tahapa ini, assessor belajar merekam/mencatat perilaku peserta, sesuai dengan dimensi yang dinilai. Assessor dibekali dengan materi-materi yang menjelaskan masing-masing dimensi dan menunjukan daftar perilaku yang mewakili baik tingkat tinggi dan yang rendah dari dimensi yang ditentukan.
Menilai perilaku peserta: dalam tahap ini, assessor dilatih dalam hal konsistensi penggunaan skala rating dalam mengevaluasi dimensi perilaku. Umumnya skala penilaian assessmemnt center menggunakan skala: enam poin/butir skala, yaitu:
5-   Sangat banyak dimensi yang diperlihatkan dengan sempurna;
4-   Banyak dimensi yang diperlihatkan dengan baik;
3-   Cukup banyak dimensi yang diperlihatkan dengan kualitas sedang sedang;
2-   Sedikit dimensi yang diperlihatkan dengan kualitas kurang;
1-      Sangat sedikit dimensi yang diperlukan dengan kualitas buruk;
0-      Tidak ada  dimensi yang muncul yanng dapat diperlihatkan
Tabel 5. Penilaian Kualitas Perilaku Peserta
Perilaku Peserta
Penilaian Assessor
Komponen Perilaku

v
Menyelesaikan konflik dengan tenag, damai.
v

Mendengarkan penjelasan untuk masing-masing tentang perihal bagaimana terjadinya konflik.
v

Mengusulkan saran sementara untuk mengubah keadaan.

v
Mendinginkan suasana pada saat diskusi semakin memanas.
Sumber: Gate word, 2001: 657
            Berdasarkan uraian diatas, yang diidentifikasikan melalui assessment center secara umum meliputi tiga aspek, yaitu kecerdasan, kepribadian, serta keterampilan manajerial. Metode yang digunakan dalam assessment center adalah berupa:
a)      Psychological-test, terdiri atas serangkaian tes untuk mengidentifikasikan taraf kecerdasan melalui jenis-jenis achievment-test yang mengukur kemampuan numerikal, verbal, daya tangkap, daya nalar, serta tes kepribadian melalui tes-tes proyektif dan minat.
b)      Simulation excercises, terdiri atas beberapa kegiatan simulatif untuk mengidentifikasikan aspek manajerial skil pegawai melalui pelaksanaan in-basket excercises yang berisikan berbagai nota dinas, surat pertintah, laporan, catatan telepon yang harus dijawab seluruhnya sekaligus dalam waktu sangat singkat; leaderless group discussion yang membahas topik tertentu tanpa penunjukan pimpinan kelompok atau role playing dari kelompok peran pemegang jabatan tertentu yang harus menyelesaikan masalah organisasi sehingga diperoleh deskripsi tentang taraf kemampuan serta kesediaan sebjek yang dinilai dalam berinisiatif, berkomunikasi, daya juang, persuasi, fleksibilitas, serta kepercayaan diri pegawai.











BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
      A Assessment dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mengumpulkan informasi dan memberikan umpan balik terhadap karyawan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perilaku, gaya berkomunikasi dan keterampilan yang ditunjukkannya dalam suatu proses penilaian. Sedangkanassessment center adalah salah satu metoda assessment. ssessment center merupakan suatu proses dimana sejumlah assessor melakukan penilaian terhadap kompetensi yang ditunjukkan peserta dalam berbagai simulasi perilaku yang ia ikuti. Hasil dari assessment center  berupa informasi yang dapat dimanfaatkan dalam untuk tujuan seleksi, promosi, transfer atau pengembangan SDM.
      Assessment Center merupakan metode yang berbasis kompetensi yang didesain mengikuti standar internasional. Mengacu pada defenisi konseptualyang diakui secara universal, maka metode Assessment Center juga diartikan sebagai proses sistematis untuk menilai ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan individu bagi keberhasilan kinerja yang unggul.












DAFTAR PUSTAKA

Buku
·         Kadarisman, M. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Grafindo Persada.
·         Prihadi, Syaiful F, 2004, Assessment Center: Identifikasi, Pengukuran dan Pengembangan Kompetensi, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama
·         Frihadi. SF. 2004. Assessment Centre Identifikasi, Pengukuran, Pengembangan Kompetensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Internet
·         http://www.reform.kemenkeu.go.id/mainmenu.php?module=news&id=96 Diunduh: tgl.06/04/2014 pkl.13.47



[1] M Kadarisman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012, hlm.370-371.
[3] Ibid. M Kadarisman , hlm.374.
[5] Prihadi, Syaiful F. Assessment Center: Identifikasi, Pengukuran dan Pengembangan Kompetensi.  Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004.hlm. 24-25.

[6] Frihadi. SF. Assessment Centre Identifikasi, Pengukuran, Pengembangan Kompetensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. 2004. hlm.15-16.

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Powered by Blogger.

TUGAS KULIAH, MAKALAH, ADMINISTRASI PUBLIK, KEBIJAKAN, MANAGEMEN, KEPEMIMPINAN, ORGANISASI DAN KEAG

Blogger templates

Blogroll