contoh jurnal penelitian psikologi sosial
PENELITIAN PISIKOLOGI
ANALISIS SIKAP ALTRUISME SEORANG USTAD DALAM
MENYAMPAIKAN KEILMUAN AGAMA
PENDAHULUAN
Abtrak
Sebagai mahluk sosial, seorang muslim
diperintahkan untuk memberikan pertolongan dan bantuan kepada sesama. Rasulullah saw bersabda :“ Sebaik
– baiknya manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi manusia yang lain “ (H-R
Thabrani ). Begitupun seorang Ustad yang kegiatan sehariharinya menyampaikan
keilmuan agama yang tentunya bernilai positif dan tentunya memberikan
keuntungan bagi orang lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk prilaku
prososial atau alrtuisme.
Menurut Wrightsman dan Daux (2007) “Perilaku prososial (altruisme) merupakan
tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang ditujukan bagi
kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis, dan
perilaku tersebut merupakan perilaku yang lebih
banyak memberikan keuntungan pada orang lain dari pada dirinya sendiri”.
Sedangkan menurut Walstern dan Piliavin (Deaux, 1976), “Perilaku altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena
adanya tekanan atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela
dan tidak berdasarkan norma–norma tertentu, tindakan tersebut juga merugikan
penolong, karena meminta pengorbanan waktu, usaha,uang dan tidak ada imbalan
atau pun reward dari semua pengorbanan”
Lalu bagai mana seseorang biasa
melakukan tindakan altruisme? Teori Altruisme Behavioris Kaum Behavioris murni
mencoba menjawab pertanyaan “mengapa orang menolong” adalah melalui proses
kondisioning klasik dari Pavlov. Menurut pendapat mereka, “ manusia menolong karena dibiasakan oleh
masyarakat untuk menolong dan untuk perbuatan itu masyarakat menyediakan
ganjaran yang positif”.
Berdasarkan
teori Pertukaran Sosial, ” Setiap
tindakan seseorang dilakukan dengan mempertimbangkan untung ruginya. Bukan
hanya dalam bentuk material atau financial, akan tetapip juga dalam bentuk
psikologis seperti memperoleh informasi,pelayanan, status, penghargaan,
perhatian, kasih sayang, dan sebagainya”. Yang dimaksudkan dengan
keuntungan adalah hasil yang diperoleh lebih besar dari pada usaha yang
dikeluarkan. Berdasarkan prinsip sosial ekonomi ini, setiap perilaku pada
dasarnya dilaksanakan dengan strategi minimax, yaitu meminimalkan usaha dan
memaksimalkan hasil agar diperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya
Berbeda dengan teoti pertukaran
sosial, menurut Teori Norma Sosial, “orang
menolong karena diharuskan oleh norma-norma masyarakat”. Ada tiga macam
norma sosial yang biasanya dijadikan pedoman untuk perilaku menolong.
a. Norma
timbal balik (reciprocity norm). Intinya adalah kita harus membalas
pertolongan dengan pertolongan. Jika kita sekarang menolong orang lain, lain
kali kita akan ditolong orang atau karena di masa lampau kita pernah ditolong
orang, sekarang kita harus menolong orang. Norma ini khususnya berlaku antara
orang-orang yang setara atau sekelas, yang kemampuannya lebih kurang seimbang.
Dalam hubungan dengan orang-orang yang kemampuannya lebih rendah (dengan
anak-anak, orang miskin, orang sakit, orang cacat, orang yang mengalami
kecelakaan, dan sebagainya) berlaku norma tanggung jawab sosial.
b. Norma
tanggung jawab sosial. Intinya adalah kita wajib menolong orang lain tanpa
mengharapkan balasan apapun di masa depan. Oleh karena itu kita mau menolong
orang buta menyeberang jalan, mengambilkan barang yang jatuh dari orang
berkursi roda, menunjukkan jalan kepada orang yang menanyakan jalan, dan
sebagainya.
c. Norma keseimbangan.
Norma ini berlaku di dunia bagian timur. Intinya adalah bahwa seluruh alam
semesta harus berada dalam keadaan seimbang, serasi, dan selaras. Manusia harus
membantu untuk mempertahankan keseimbangan itu, antara lain dalam bentuk
perilaku menolong.
Dan menurut Teori Empati Egoisme dan
simpati berfungsi bersama-sama dalam perilaku menolong. Dari segi egoisme,
perilaku menolong dapat mengurangi ketegangan diri sendiri, sedangkan dari segi
simpati, perilaku menolong tersebut dapat mengurangi penderitaan orang lain.
Gabungan dari keduanya dapat menjadi empati, yaitu ikut merasakan penderitaan
orang lain sebagai penderitaanya sendiri. “Dalam
empati, focus usaha menolong terletak
pada penderitaan orang lain, bukan pada penderitaan diri sendiri”.
Berangkat dari teori-teori tersebut saya
memilih seorang ustad yang juga seorang
guru mengaji anak-anak di madrasah diniah untuk bahan sebagai objek
penelitian
Penelitian ini
penting di lakukan untuk melihat bagaimana sikap Altruisme seorang ustad dalam
menyampaikan keilmuan khususnya di bidang agama, apakah benar seorang ustad
dalam menyampaikan ke ilmuan nya semata-mata ikhlas karna alloh, tampa
memperhatikan untung dan rugi. atau hanya sekedar mengejar materi dan
popularitas dalam masyarakat. Penelitian ini di harapkan bermanpaat khususnya
mengenai pentingnya sikap prososial/Altrusme
dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Permasalahan yang akan di kaji adalah:
1. Bagai mana sikap altruisme seorang
usrad dalam mengjarkan ilmu agama?
2. Apakah beliau merasa terbebani
dengan kegiatan pengajian?
3. Apakah yang mendasari dan motivasi seorang
ustad dalam melakukan sikap altruisme?
4. Apakah beliau mendapatkan keuntungn
yang nyata secara materi?
Metode penelitian
Penelitian di lakukan di sebuah
Madrasah Diniah Pondok Pesantren Al-Ilyasiah, yang bertempat di jalan
cilengkang 1, kp.sekehonje, kelurahan cisurupan, kec.cibiru, kota bandung.
Untuk menjawab pertanyaan peneliti
Metode yang di gunakan adalah metode Naturalistik melalui data kualitatif yang
berbentuk Basa, Tindakan dan Pengalaman. Data Basa dan tindakan di sini
meliputi ucapan narasumber dan tindakan-tindakan narasumber. Sedangkan data
pengalaman merupakan pengalaman mencakup pengalaman narasumber dan pengalaman
peneliti sendiri ketika observasi lapangan.
Data tersebut di dapat melalui mendengar, wawancara langsung, observasi,
dan studi pustaka.
Data tersebut di analisis melalui metode
analisis interfentif pada tahap awal data yang di dapat dari narasumber di
kumpulkan sesuai dengan apa yang di ucapkan dan kemudian di analisis secara interfentif.
PEMBAHASAN
Kegiatan belajar mengajar di
madrasah
Madrasah pondok pesanteren
Al-Ilyasiah sudah berdiri selama Sebelas tamun, namun Pak Ustad sendiri sudah
mengajar selama lima tahun. jumlahn murid di madrasah ini sebayak 60 orang
terdiri dari laki-laki dan perempuan yang umurnya berkisar 6-15 tahun. Peroses
belajar mengajar di lakukan 2 kali sehari Pagi jam 07.30-09.00 dan Sore jam
13.00-14.30. setiap hari kecuali hari jum’at (libur). Pada kegiatan mengaji
pagi biasanya lebih sedikit biasanya hanya anak-anak yang blm sekolah atau
sekolah siang. di karnakan anak-anak masih bersekolah yang umum nya masih duduk
di bangku SD. kegiatan Pembelajaran di
bagi menjadi 2 kelas pertama kelas dasar,
bisanya materi yang di berikan masih dasar seperti ejaan Membaca Al-Quran, dan
do’a-do’a. yang kedua kelas lanjutan
biasanya materi yang di berikan mulai beragam dari mulai membaca Al-Qur’an,
fiqih, dan tauhid.
Pertanyaan
nya apakah Pak Ustad merasa terbebani dengan kegiatan pengajian ini? Menurut
pemaran beliau, beliau tidak merasa tidak terbebani dengan kegiatan belajar
mengajar ini karna selain sebagai
tanggung jawab yang di berikan oleh pondok pesantren. mengajar sudah menjadi
panggilan jiwa, dan beliau menyakini akan pahala yang akan di berikan oleh
alloh bagi orang-orang yang menyebarkan kebaikan khususnya ilmu yang bermanfaat
maka kebaikan nya akan terus mengalir sebagai amalan shaleh. Hal ini senada
dengan teori Norma
tanggung jawab sosial. Intinya adalah kita wajib menolong orang lain tanpa
mengharapkan balasan apapun di masa depan.
Apakah
proses belajar mengajar ini mengganggu aktifitaas anda? Dalam usianya yang ke 26 tahun. Beliau belum
menikah dan statusnya masih sebagai santri (pengurus) di pondok pesantren
Al-ilyasiah. Beliau mengaku kegiatan belajar mengajar ini tidak mengganggu
aktifitas nya. padahal selain mengajar beliau juga mempunyai kegiatan lain.
Beliau merasa senang karna dapat mengamalkan dan berbagi ilmu kepada anak-anak
di lingkungan nya.
Maka teori Pertukaran Sosial, yang
berbunyi ” Setiap tindakan seseorang
dilakukan dengan mempertimbangkan untung ruginya. Bukan hanya dalam bentuk
material atau financial, akan tetapip juga dalam bentuk psikologis seperti
memperoleh informasi,pelayanan, status, penghargaan, perhatian, kasih sayang,
dan sebagainya” tidak berlaku di sini
Problem selama m.engajar
Apakah
yang menjadi problem selama anda mengajar?. Dalam sebuah gegitan pasti selalu
terdapat tantangan dan keluh kesah. Termasuk dalam mengajar mengaji apalagi
murid-murid yang beliau ajar pada umum nya masih duduk di Bangku Sekolah dasar
(SD). Mulai dari anak-anak yang berisik dan nakal-nakal ketika proses belajar
mengajar. Sampai Menyesuaikan jadwal
mengaji dengan jadwal sekolah yang sudah di tetapkan. Dalam hal ini tentunya
perlu adanya kesabaran yang ektra sehingga proses pembelajaran pun berjalan
secara kondusif.
Motifasi ustad dalam mengajaar
mengaji
Setiap orang dalam melakukan
kegiatan apapun tak pernah terlepas dari yang namanya motivasi, motivasi
sebagai dorongan seseorang dalam melakukan kegiatan nya. Termasuk seorang Ustad
dalam melakukan proses belajar mengajar tentunya mempunyai motivasi. Lalu apa
yang menjadi motivasi Ustad dalam menyampaikan keilmuan khususnya ilmu agama?
Menurut pak Ustad Tentunya yang menjadi motivasi utama seorang muslim dalam
melakukan aktifitasnya adalam mengharapkan ridho alloh, mengharapkan pahala
dari alloh. Namun di samping itu Pak ustad juga mempunyai motivasi yang mulia
yaitu ingin melihat anak-anak di sekelilingnya mengerti tentang ilmu agama,
dapat menerapkan ilmu agama yang mereka dapat di keluarga maupun di masyarakat
sehingga di harapkan ketika mereka dewasa
akan terlahir generasi-generasi yang lebih baik untuk masa depan baik
agama, bangsa dan negara.
Maka
menurut Sears,
Freedman, dan Peplau (1985) Perilaku
prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa
memperdulikan motif-motif si penolong . artinya bahwa prilaku alrtuime sangat
erat kaitan nya dengan motip-motip si
penolong.
Keuntungan/Gaji yang di dapat
Apakah anda mendapatkan gaji
perbulan nya? Menurut pengakuan pak ustad beliau tidak mendapatkan gaji
perbulan bahkan Dalam proses belajar mengajar beliau tidah pernah memungut
biaya administrasi, bangunan, dan sebagainya. baik etas nama lembaga pesantern
maupun atas nama pribadi. Penyedian sarana dan prasana seperti bangku, papan
tulis, dan perlengkapan lainnya. kebanyakan dari hasil sumbangan dari orang tua
dan masyarakat. Namun terkadang beliau mendapatkan sedikit pengharggan dari
orng tua murid itupun tidak setiap bulan dan tidak tertentukan nominalnya.
Maka
jelas Alruisme menuru Walstern dan Piliavin
(Deaux, 1976)
Perilaku
altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan
atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela dan tidak
berdasarkan norma–norma tertentu, tindakan tersebut juga merugikan penolong,
karena meminta pengorbanan waktu, usaha,uang dan tidak ada imbalan atau pun
reward dari semua pengorbanan .
Harapan
Apa yang menjadi harapan Pak ustad untuk
waktu kedepan nya? Anak biasa istikomah dalam
beribadah, semua yang telah di pelajari bias menjadi ilmu yang bermanfaat dunia
akhitrat, anak tidakhanya cukup belajar di masa kecil saja namun setelah dewasa
pun masih tetap belajar menuntut ilmu, Pak Ustad juga berharap setelah beliau
mukim dan berkeluarga ingin melanjutkan kegiatan pengajiannya di daerahnya nannya.
Apakah
anda mempunya visi dan misi untuk muwujudkan semua itu? Pek ustad menuturkan
visi saya, mengajarkan murid-murid cara belajar menbaca Al-quran yang baik dan
benar, mempelajari ilmu Fiqih dalam kehidupan sehari-hari, serta
ilmu tauhid. Adapun misinya sesuai dengan misi pembelajaran pesantren yaitu;
Mencetak kader muslim yang mempunyai akhlaqul karimah, mempunyai pemahaman keagamaan yang sahih, berdasarkan pemahaman
Ahlussunnah waljamaah. Adanya visi dan misi soorang ustad memang
sesuai dengan pengertian alruisme menurut Sears, Freedman, dan Peplau
(1985)
Perilaku
prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa
memperdulikan motif-motif si penolong
KESIMPULAN
Pengertian Alruisme menuru
Walstern dan Piliavin (Deaux, 1976)
Perilaku
altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan
atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela dan tidak
berdasarkan norma–norma tertentu, tindakan tersebut juga merugikan penolong,
karena meminta pengorbanan waktu, usaha,uang dan tidak ada imbalan atau pun
reward dari semua pengorbanan .
Seorang
Ustad dalam berprilaku altruisme berdasarkan pada Norma tanggung jawab sosial.
Intinya adalah kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun
di masa depan. Hal ini menunjukan mesaskipun secara kasat mata tindakan
altruisme ini merugikan penolong karena meminta pengorbanan waktu, usaha, uang
dan tidak ada imbalan atau pun reward dari semua pengorbana. Tapi dengan adanya keyakinan yang kuat serta keimanan kepada
alloh bahwasanya semua perbuatan shaleh akan mendapatkan ganjaran yang setimpal
maka ini menjadikan suatu keuntungan yang besar bagi umat muslim yang mana akan
di peroleh nanti di akhirat.
Sumber-sumber
Sumberpusraka:
·
Pembahasan Makalah altruism kelompok
Narasumber :
Ustad jajang nurjaman