KUMPULAN TUGAS KULIAH DAN MAKALAH _ADMINISTRASI _ADMINISTRASI NEGARA _ADMINISTRASI PUBLIK _KEBIJAKAN _MANAGEMEN _ORGANISASI _KEAGAMAAN _DAN LAIN LAIN

Monday, 17 June 2013

contoh jurnal penelitian psikologi sosial



PENELITIAN PISIKOLOGI
ANALISIS SIKAP ALTRUISME SEORANG USTAD DALAM MENYAMPAIKAN KEILMUAN AGAMA





PENDAHULUAN

Abtrak
            Sebagai mahluk sosial, seorang muslim diperintahkan untuk memberikan pertolongan dan bantuan kepada sesama.  Rasulullah  saw bersabda :“  Sebaik – baiknya manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi manusia yang lain “ (H-R Thabrani ). Begitupun seorang Ustad yang kegiatan sehariharinya menyampaikan keilmuan agama yang tentunya bernilai positif dan tentunya memberikan keuntungan bagi orang lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk prilaku prososial atau alrtuisme.
 Menurut Wrightsman dan Daux (2007) “Perilaku prososial (altruisme) merupakan tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun secara psikologis, dan perilaku tersebut merupakan perilaku yang lebih  banyak memberikan keuntungan pada orang lain dari pada dirinya sendiri”. Sedangkan menurut Walstern dan Piliavin (Deaux, 1976), “Perilaku altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela dan tidak berdasarkan norma–norma tertentu, tindakan tersebut juga merugikan penolong, karena meminta pengorbanan waktu, usaha,uang dan tidak ada imbalan atau pun reward dari semua pengorbanan”
            Lalu bagai mana seseorang biasa melakukan tindakan altruisme? Teori Altruisme Behavioris Kaum Behavioris murni mencoba menjawab pertanyaan “mengapa orang menolong” adalah melalui proses kondisioning klasik dari Pavlov. Menurut pendapat mereka, “ manusia menolong karena dibiasakan oleh masyarakat untuk menolong dan untuk perbuatan itu masyarakat menyediakan ganjaran yang positif”.
            Berdasarkan teori Pertukaran Sosial, ” Setiap tindakan seseorang dilakukan dengan mempertimbangkan untung ruginya. Bukan hanya dalam bentuk material atau financial, akan tetapip juga dalam bentuk psikologis seperti memperoleh informasi,pelayanan, status, penghargaan, perhatian, kasih sayang, dan sebagainya”. Yang dimaksudkan dengan keuntungan adalah hasil yang diperoleh lebih besar dari pada usaha yang dikeluarkan. Berdasarkan prinsip sosial ekonomi ini, setiap perilaku pada dasarnya dilaksanakan dengan strategi minimax, yaitu meminimalkan usaha dan memaksimalkan hasil agar diperoleh keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya
            Berbeda dengan teoti pertukaran sosial, menurut Teori Norma Sosial, “orang menolong karena diharuskan oleh norma-norma masyarakat”. Ada tiga macam norma sosial yang biasanya dijadikan pedoman untuk perilaku menolong.
a.        Norma timbal balik (reciprocity norm). Intinya adalah kita harus membalas pertolongan dengan pertolongan. Jika kita sekarang menolong orang lain, lain kali kita akan ditolong orang atau karena di masa lampau kita pernah ditolong orang, sekarang kita harus menolong orang. Norma ini khususnya berlaku antara orang-orang yang setara atau sekelas, yang kemampuannya lebih kurang seimbang. Dalam hubungan dengan orang-orang yang kemampuannya lebih rendah (dengan anak-anak, orang miskin, orang sakit, orang cacat, orang yang mengalami kecelakaan, dan sebagainya) berlaku norma tanggung jawab sosial.
b.       Norma tanggung jawab sosial. Intinya adalah kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun di masa depan. Oleh karena itu kita mau menolong orang buta menyeberang jalan, mengambilkan barang yang jatuh dari orang berkursi roda, menunjukkan jalan kepada orang yang menanyakan jalan, dan sebagainya.
c.        Norma keseimbangan. Norma ini berlaku di dunia bagian timur. Intinya adalah bahwa seluruh alam semesta harus berada dalam keadaan seimbang, serasi, dan selaras. Manusia harus membantu untuk mempertahankan keseimbangan itu, antara lain dalam bentuk perilaku menolong.

            Dan menurut Teori Empati Egoisme dan simpati berfungsi bersama-sama dalam perilaku menolong. Dari segi egoisme, perilaku menolong dapat mengurangi ketegangan diri sendiri, sedangkan dari segi simpati, perilaku menolong tersebut dapat mengurangi penderitaan orang lain. Gabungan dari keduanya dapat menjadi empati, yaitu ikut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaanya sendiri. “Dalam empati, focus usaha menolong terletak pada penderitaan orang lain, bukan pada penderitaan diri sendiri”.
            Berangkat dari teori-teori tersebut saya memilih seorang ustad  yang juga seorang guru mengaji  anak-anak di  madrasah diniah untuk bahan sebagai objek penelitian

Penelitian ini penting di lakukan untuk melihat bagaimana sikap Altruisme seorang ustad dalam menyampaikan keilmuan khususnya di bidang agama, apakah benar seorang ustad dalam menyampaikan ke ilmuan nya semata-mata ikhlas karna alloh, tampa memperhatikan untung dan rugi. atau hanya sekedar mengejar materi dan popularitas dalam masyarakat. Penelitian ini di harapkan bermanpaat khususnya mengenai pentingnya sikap  prososial/Altrusme dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

 Permasalahan yang akan di kaji adalah:
1.      Bagai mana sikap altruisme seorang usrad dalam mengjarkan ilmu agama?
2.      Apakah beliau merasa terbebani dengan kegiatan pengajian?
3.       Apakah yang mendasari dan motivasi seorang ustad dalam melakukan sikap altruisme?
4.      Apakah beliau mendapatkan keuntungn yang nyata secara materi?
Metode penelitian
            Penelitian di lakukan di sebuah Madrasah Diniah Pondok Pesantren Al-Ilyasiah, yang bertempat di jalan cilengkang 1, kp.sekehonje, kelurahan cisurupan, kec.cibiru, kota bandung.
            Untuk menjawab pertanyaan peneliti Metode yang di gunakan adalah metode Naturalistik melalui data kualitatif yang berbentuk Basa, Tindakan dan Pengalaman. Data Basa dan tindakan di sini meliputi ucapan narasumber dan tindakan-tindakan narasumber. Sedangkan data pengalaman merupakan pengalaman mencakup pengalaman narasumber dan pengalaman peneliti sendiri ketika observasi lapangan.  Data tersebut di dapat melalui mendengar, wawancara langsung, observasi, dan studi pustaka.
            Data tersebut di analisis melalui metode analisis interfentif pada tahap awal data yang di dapat dari narasumber di kumpulkan sesuai dengan apa yang di ucapkan dan kemudian di analisis secara interfentif.





           

PEMBAHASAN
Kegiatan belajar mengajar di madrasah
      Madrasah pondok pesanteren Al-Ilyasiah sudah berdiri selama Sebelas tamun, namun Pak Ustad sendiri sudah mengajar selama lima tahun. jumlahn murid di madrasah ini sebayak 60 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang umurnya berkisar 6-15 tahun. Peroses belajar mengajar di lakukan 2 kali sehari Pagi jam 07.30-09.00 dan Sore jam 13.00-14.30. setiap hari kecuali hari jum’at (libur). Pada kegiatan mengaji pagi biasanya lebih sedikit biasanya hanya anak-anak yang blm sekolah atau sekolah siang. di karnakan anak-anak masih bersekolah yang umum nya masih duduk di bangku SD. kegiatan  Pembelajaran di bagi menjadi 2 kelas pertama kelas dasar, bisanya materi yang di berikan masih dasar seperti ejaan Membaca Al-Quran, dan do’a-do’a. yang kedua kelas lanjutan biasanya materi yang di berikan mulai beragam dari mulai membaca Al-Qur’an, fiqih, dan tauhid.
Pertanyaan nya apakah Pak Ustad merasa terbebani dengan kegiatan pengajian ini? Menurut pemaran beliau, beliau tidak merasa tidak terbebani dengan kegiatan belajar mengajar ini karna  selain sebagai tanggung jawab yang di berikan oleh pondok pesantren. mengajar sudah menjadi panggilan jiwa, dan beliau menyakini akan pahala yang akan di berikan oleh alloh bagi orang-orang yang menyebarkan kebaikan khususnya ilmu yang bermanfaat maka kebaikan nya akan terus mengalir sebagai amalan shaleh. Hal ini senada dengan teori   Norma tanggung jawab sosial. Intinya adalah kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun di masa depan.
            Apakah proses belajar mengajar ini mengganggu aktifitaas anda?  Dalam usianya yang ke 26 tahun. Beliau belum menikah dan statusnya masih sebagai santri (pengurus) di pondok pesantren Al-ilyasiah. Beliau mengaku kegiatan belajar mengajar ini tidak mengganggu aktifitas nya. padahal selain mengajar beliau juga mempunyai kegiatan lain. Beliau merasa senang karna dapat mengamalkan dan berbagi ilmu kepada anak-anak di lingkungan nya.

            Maka teori Pertukaran Sosial, yang berbunyi ” Setiap tindakan seseorang dilakukan dengan mempertimbangkan untung ruginya. Bukan hanya dalam bentuk material atau financial, akan tetapip juga dalam bentuk psikologis seperti memperoleh informasi,pelayanan, status, penghargaan, perhatian, kasih sayang, dan sebagainya” tidak berlaku di sini
Problem selama m.engajar
Apakah yang menjadi problem selama anda mengajar?. Dalam sebuah gegitan pasti selalu terdapat tantangan dan keluh kesah. Termasuk dalam mengajar mengaji apalagi murid-murid yang beliau ajar pada umum nya masih duduk di Bangku Sekolah dasar (SD). Mulai dari anak-anak yang berisik dan nakal-nakal ketika proses belajar mengajar. Sampai  Menyesuaikan jadwal mengaji dengan jadwal sekolah yang sudah di tetapkan. Dalam hal ini tentunya perlu adanya kesabaran yang ektra sehingga proses pembelajaran pun berjalan secara kondusif.
Motifasi ustad dalam mengajaar mengaji
      Setiap orang dalam melakukan kegiatan apapun tak pernah terlepas dari yang namanya motivasi, motivasi sebagai dorongan seseorang dalam melakukan kegiatan nya. Termasuk seorang Ustad dalam melakukan proses belajar mengajar tentunya mempunyai motivasi. Lalu apa yang menjadi motivasi Ustad dalam menyampaikan keilmuan khususnya ilmu agama? Menurut pak Ustad Tentunya yang menjadi motivasi utama seorang muslim dalam melakukan aktifitasnya adalam mengharapkan ridho alloh, mengharapkan pahala dari alloh. Namun di samping itu Pak ustad juga mempunyai motivasi yang mulia yaitu ingin melihat anak-anak di sekelilingnya mengerti tentang ilmu agama, dapat menerapkan ilmu agama yang mereka dapat di keluarga maupun di masyarakat sehingga di harapkan ketika mereka dewasa  akan terlahir generasi-generasi yang lebih baik untuk masa depan baik agama, bangsa dan negara.
Maka menurut Sears, Freedman, dan Peplau (1985) Perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong . artinya bahwa prilaku alrtuime sangat erat kaitan nya  dengan motip-motip si penolong.
Keuntungan/Gaji yang di dapat
            Apakah anda mendapatkan gaji perbulan nya? Menurut pengakuan pak ustad beliau tidak mendapatkan gaji perbulan bahkan Dalam proses belajar mengajar beliau tidah pernah memungut biaya administrasi, bangunan, dan sebagainya. baik etas nama lembaga pesantern maupun atas nama pribadi. Penyedian sarana dan prasana seperti bangku, papan tulis, dan perlengkapan lainnya. kebanyakan dari hasil sumbangan dari orang tua dan masyarakat. Namun terkadang beliau mendapatkan sedikit pengharggan dari orng tua murid itupun tidak setiap bulan dan tidak tertentukan nominalnya.
            Maka jelas Alruisme menuru Walstern dan Piliavin (Deaux, 1976)
Perilaku altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela dan tidak berdasarkan norma–norma tertentu, tindakan tersebut juga merugikan penolong, karena meminta pengorbanan waktu, usaha,uang dan tidak ada imbalan atau pun reward dari semua pengorbanan .
Harapan
      Apa yang menjadi harapan Pak ustad untuk waktu  kedepan nya? Anak biasa istikomah dalam beribadah, semua yang telah di pelajari bias menjadi ilmu yang bermanfaat dunia akhitrat, anak tidakhanya cukup belajar di masa kecil saja namun setelah dewasa pun masih tetap belajar menuntut ilmu, Pak Ustad juga berharap setelah beliau mukim dan berkeluarga ingin melanjutkan kegiatan pengajiannya di daerahnya nannya.
      Apakah anda mempunya visi dan misi untuk muwujudkan semua itu? Pek ustad menuturkan visi saya, mengajarkan murid-murid cara belajar menbaca Al-quran yang baik dan benar,  mempelajari  ilmu Fiqih dalam kehidupan sehari-hari, serta ilmu tauhid. Adapun misinya sesuai dengan misi pembelajaran pesantren yaitu; Mencetak kader muslim yang mempunyai akhlaqul karimah, mempunyai pemahaman  keagamaan yang sahih, berdasarkan pemahaman Ahlussunnah waljamaah. Adanya visi dan misi soorang ustad memang sesuai dengan pengertian alruisme menurut Sears, Freedman, dan Peplau (1985) Perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong






KESIMPULAN
             Pengertian Alruisme menuru Walstern dan Piliavin (Deaux, 1976)
Perilaku altruistik adalah perilaku menolong yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela dan tidak berdasarkan norma–norma tertentu, tindakan tersebut juga merugikan penolong, karena meminta pengorbanan waktu, usaha,uang dan tidak ada imbalan atau pun reward dari semua pengorbanan .
            Seorang Ustad dalam berprilaku altruisme berdasarkan pada  Norma tanggung jawab sosial. Intinya adalah kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan apapun di masa depan. Hal ini menunjukan mesaskipun secara kasat mata tindakan altruisme ini merugikan penolong karena meminta pengorbanan waktu, usaha, uang dan tidak ada imbalan atau pun reward dari semua pengorbana. Tapi dengan adanya keyakinan yang kuat serta keimanan kepada alloh bahwasanya semua perbuatan shaleh akan mendapatkan ganjaran yang setimpal maka ini menjadikan suatu keuntungan yang besar bagi umat muslim yang mana akan di peroleh nanti di akhirat.












Sumber-sumber
Sumberpusraka:
·         Pembahasan Makalah altruism kelompok

Narasumber :
Ustad jajang nurjaman

0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Powered by Blogger.

TUGAS KULIAH, MAKALAH, ADMINISTRASI PUBLIK, KEBIJAKAN, MANAGEMEN, KEPEMIMPINAN, ORGANISASI DAN KEAG

Blogger templates

Blogroll