KUMPULAN TUGAS KULIAH DAN MAKALAH _ADMINISTRASI _ADMINISTRASI NEGARA _ADMINISTRASI PUBLIK _KEBIJAKAN _MANAGEMEN _ORGANISASI _KEAGAMAAN _DAN LAIN LAIN

Wednesday, 26 April 2017

Model Kepemimpinan Visioner dalam Mendukung Tercapainya Tujuan Organisasi



                                                                BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Kepemimpinan adalah suatu konsep yang sangat dekat dengan kesuksesan dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Kepemimpin akan sangat mewarnai, mempengaruhi bahkan menentukan bagaiman perjalanan suatu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Membahas topik kepemimpinan seperti mengarungi samudera luas yang mendapat pasokan air dari ratusan sungai yang tak pernah kering. Selalu saja saja ada perkembangan dalam organisasi pada setiap jaman yang menuntut karakteristik kepemimpinan tertentu. Perkembangan teori kepemimpinan telah banyak dimunculkan oleh para pakar, antara lain: kepemimpinan karismatik, kepemimpinan militeristik, kepemimpinan situasional, kepemimpinan transformasional, hingga kepemimpinan visioner.
Pengertian konsep kepemimpinan sendiri mendapat banyak perhatian dari para ahli. Dubin (1968:385) dalam Megan Crawford (2005:41) melihat kepemimpinan sebagai latihan otoritas dan pembuatan keputusan, sementara Fiedler (1967:8) memandang pemimpin sebagai individu di dalam kelompok yang diberi tugas untuk mengatur dan mengkoordinasi aktivitas-aktivitas kelompok yang berhubungan dengan tugas’. A.B. Susanto (2007 : 5) mengatakan bahwa tugas seorang pemimpin adalah membuat program visioning yang mampu mengutarakan visi dan misinya.
Dalam era yang sangat cepat berubah, dimana segala aspek yang mempe-ngaruhi perkembangan organisasi menajdi begitu sangat besar pengaruhnya, kepemimpinan yang mampu berfikir jauh ke depan, mampu mengantisipasi segala perubahan dan perkembangan zaman, di era yang sangat kompetitif dan tuntutan kebutuhan yang semakin beragam, rinci dan spesifik menjadi sangat relevan. Organisasi membutuhkan kepemimpinan yang mampu mengembangkan organisasi-nya dengan baik sampai jauh ke depan, melampaui usia zamannya. Kepemimpinan visioner (visionary leadership) merupakan syarat mutlak bagi organisasi yang ingin berkembang sampai puluhan tahun ke depan.

1.2         Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa itu Pengertian Kepemimpinan dan Kepemimpinan Visioner ?
2.    Apa yang menjadi karakteristik Kepemimpinan Visioner?
3.    Apa saja Strategi Tindakan Kepemimpinan Visioner ?
4.    Apa saja Peran Pemimpin Visioner ?
5.    Apa Saja Kompetensi Pemimpin Visioner ?

1.3         Tujuan Penulisan
Tujuan Pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memperlajari dan mengetahui tentang Model Kepemimpinan Visioner dalam Mendukung Tercapainya Tujuan Organisasi. Selain itu juga tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Strategik agar terlaksana tujuan pendidikan yang diterapkan.

1.4         Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan dari uraian-uraian yang terdapat ada rumusan masalah, maka makalah ini dituangkan dalam sistematika penulisan yang meliputi pendahuluan, isi atau pembahasan, dan penutup berupa kesimpulan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Pengertian Kepemimpinan dan Kepemimpinan Visioner
A.      Pengertian Kepemimpinan
Berbagai pengertian tentang kepemimpinan telah banyak dikemukakan oleh para pakar manajemen. Dari berbagai pengertian tersebut, berikut ini dikemukakan beberapa saja yang merupakan definisi yang lebih bersifat umum; artinya dapat dipakai disemua organisasi. Diantaranya adalah:
1.    George Terry & Lesliem Rue (1985) dalam Husaini (2009)
Kepemimpinan dapat dipandang sebagai kemampuan seseorang atau pemimpin, untuk mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-keinginannya dalam suatu keadaan tertentu.
2.    Harold Koontz & Heinz Weihrich (1988) dalam Kambey (2006)
Kepemimpinan sebagai suatu pengaruh, seni, atau proses mempengaruhi orang-orang agar mereka secara sukarela dan bersemangat berusaha mencapai tujuan kelompok.
3.    J.L. Gibson, M.J. Ivancevich & J.H. Donnelly (1996) dalam Kambey (2006)
Kepemimpinan adalah suatu upaya penggunaan jenis pengaruh bukan paksaan (concoersive) untuk memotivasi orang-orang mencapai tujuan tertentu.
Sehingga dari ke-tiga definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa: Kepemimpinan adalah kemampuan berupa keterampilan, skill (kecakapan), performa, dan pengalaman manajerial dan administrasi yang dimiliki seorang pemimpin dalam satu organisasi untuk mempengaruhi orang-orang agar dapat bekerjasama secara sukarela dalam mencapai tujuan tertentu dalam organisasi yang dipimpinnya.

B.      Pengertian Kepemimpinan Visioner
Seth Kahan (2002), menjelaskan bahwa kepemimpinan visioner melibatkan kesanggupan, kemampuan, kepiawaian yang luar biasa untuk menawarkan kesuksesan dan kejayaan di masa depan. Seorang pemimpin yang visioner mampu mengantisipasi segala kejadian yang mungkin timbul, mengelola masa depan dan mendorong orang lain utuk berbuat dengan cara-cara yang tepat. Hal itu berarti, pemimpin yang visioner mampu melihat tantangan dan peluang sebelum keduanya terjadi sambil kemudian memposisikan organisasi mencapai tujuan-tujuan terbaiknya.
Corinne Mc Laughlin (2001) mendefinisikan pemimpin yang visioner (Visionary leaders) adalah mereka yang mampu membangun ‘fajar baru’ (a new dawn) bekerja dengan intuisi dan imajinasi, penghayatan, dan boldness. Mereka menghadirkan tantangan sebagai upaya memberikan yang terbaik untuk organisasi dan menjadikannya sebagai sesuatu yang menggugah untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka bekerja dengan kekuatan penuh dan tercerahkan dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Pandangannya jauh ke depan. Mereka adalah para social innovator, agen perubah, memandang sesuatu dengan utuh (big picture) dan selalu berfikir strategis.
Pentingnya seorang pemimpin memiliki kemampuan menggambarkan dengan jelas tujuan-tujuan yang akan diraihnya di masa depan adalah syarat utama bagi seorang pemimpin yang visioner.
Dari berbagai pendapat tentang kepemimpinan visioner, kesimpulannya bahwa kepemimpinan yang visioner merupakan kepemimpinan yang mampu mengem-bangkan intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Dia memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumberdaya yang dimilikinya. Pemimpin yang visoner menjalankan kepemim-pinannya dengan dukungan penuh dari seluruh staf dan semua pihak yang terkait dengannya, disebabkan kepiawaiannya dalam meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka laksanakan akan memberikan yang terbaik buat semua pihak.

2.2        Karakteristik Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan visioner memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko. Diantara cirri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah:
1.    Berwawasan ke masa depan, bertindak sebagai motivator, berorientasi pada the best performance untuk pemberdayaan, kesanggupan untuk memberikan arahan konkrit yang sistematis.
2.    Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Memandang sumber daya, terutama sumberdaya manusia sebagai asset yang sangat berharga dan memberikan perhatian dan perlindungan yang baik terhadap mereka.
3.    Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi model (teladan) yang secara konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya, memberikan umpan balik positif, selalu menghargai kerja keras dan prestasi yang ditunjukkan oleh siapun yang telah memberi kontribusi.
4.    Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola “mimpi” menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah, bergerak ke “new place”. Mampu memberi inspirasi, memotivasi orang lain untuk bekerja lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk mendapatkan situsi dan kondisi yang lebih baik.
5.    Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi kepada orang lain, dan secara pribadi sangat commited terhadap visi tersebut.
6.    Berpegang erat kepada nilai-nilii spiritual yang diyakininya. Memiliki integritas kepribadian yang kuat, memancarkan energi, vitalitas dan kemauan yang membara untuk selalu berdiri pada posisi yang segaris dengan nilai-nilai spiritual. Menjadi orang yang terdepan dan pertama dalam menerapkan nilai-nilai luhur.
7.    Membangun hubungan (relationship) secara efektif, memberi penghargaan dan respek. Sangat peduli kepada orang lain (bawahan), memandang orang lain sebagai asset berharga yang harus di perhatikan, memperlakukan mereka dengan baik dan hangat layaknya keluarga. Sangat responsif terhadap segala kebutuhan orang lain dan membantu mereka berkembang, mandiri dan membimbing menemukan jalan masa depan mereka.
8.    Innovative dan proaktif dalam menemukan dunia baru. Membantu mengubah dari cara berfikir yang konvensional (old mental maps) ke paradigma baru yang dinamis. Melaklukan terobosan-terobosan berfikir yang kreatif dan produktif. (out-box thinking). Lebih bersikap atisipatif dalam mengayunkan langkah perubahan, ketimbang sekedar reaktif terhadap kejadian-kejadian. Berupaya sedapat mungkin menggunakan pendekatan “win-win” ketimbang “win-lose”.

2.3     Strategi Tindakan Kepemimpinan Visioner
Frank Martinelly (2007) menguraikan startegi bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang visioner. Menurutnya ada 5 langkah yang semestinya dilakukan, diantaranya sebagai berikut:
1.        Fokus kepada Tujuan Organisasi
Seluruh tindakan dan pengambilan keputusan harus di arahkan kepada semata-mata upaya pencapaian tujuan final dari organisasi. Hal ini dilakukan guna menghindari segala kecenderungan dan godaan penyitaan energi dan pemborosan sumber daya kepada hal-hal kecil dan tidak prinsip yang mungkin timbul. Untuk menjaga agar semua rencana aksi fokus kepada tujuan organisasi, memerlukan kekompakkan dan pemeliharaan hubungan antara pimpinan dan seluruh staff/karyawan.
2.        Membuat Rencana Jangka Panjang
Permusan jangka panjang akan menuntun kepada langkah yang jelas sampai 5-10 tahun ke depan, siapa-siapa saja yang akan memimpin dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut, kompetensi kepemimpinan yang bagaimana yang diperlukan, lalu bagimana disain pengembangan kepemimpinannya?. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini perlu membentuk semacam komite yang ditugaskan untuk menyiapkan langkah-langkah strategis pencapaian tujuan jangka panjang, yang lingkup tugasnya antara lain: melakukan rekrutmen, seleksi, orientasi, pelatihan, performance assessment dan penetapan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
3.        Mengembangkan Visi bagi masa depan organisasi.
Kunci perumusan visi adalah menjawab pertanyaan: apabila kita menginginkan dan bermimpi akan seperti dan menjadi apa organisasi kita kelak di kemudian hari?. Begitu rumusan visi telah dibuat, maka seharusnya visi tersebut akan menjadi inspirasi bagi seluruh aktivitas organisasi, baik dalam rapat-rapat, dalam perbincangan, dalam menghadapi segala tantangan dan peluang, dalam arena kerja. Begitu visi telah dirumuskan, maka saat itu pula, visi disampaikan ke seluruh pihak terkait di dalam organisasi, bahkan ke ruang-ruang public di luar organisasi.
4.        Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan.
Selalu siap berubah dengan cepat akan terbantu dengan menyajikan informasi-informasi mutakhir tentang segala perubahan yang terjadi di luar organisasi yang berpotensi berdampak kepada organisasi 3-5 tahun ke depan. Dorong dan fasilitasi anggota orgasnisasi untuk membaca, mendengar dan mencari tahu segala hal yang terkait dengan kejadian-kejadian dan berita yang relevan dengan tuntutan perubahan. Kemudian setelah itu munculkan pertanyaan yang menantang: sejauhmana organisasi mampu secara efektif merespon perubahan dan kecenderungan-kecenderungan tersebut? Bagaimana pula organisasi lain yang sejenis menyiapkan diri mereka menghadapi perubahan-perubahan ini? Pertanyaan-pertanyaan iti seyogyanya akan dapat memicu dan memacu anggota organisasi untuk berfikir dan memposisikan diri mereka untuk siap berubah.
5.        Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan
Keinginan dan kebutuhan pelanggan seringkali mengalami perubahan. Oleh karena itu, seharusnya organisasi menyediakan informasi-informasi aktual yang terkait dengan hal ini. Survey kepuasan pelanggan, kontak langsung dengan pelanggan, mengefektifkan layanan/ customer care, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar orgnisasi selalu mengetahui harapan dan keinginan pelanggan yang baru. Dengan demikian organisasi akan selalu siap untuk melakukan perubahan dan perbaikan untuk menjaga kepuasan pelanggan.

Di atas segalanya dari sekian banyak strategi, seorang pemimipin harus mampu menciptakan terlebih dahulu iklim dan budaya untuk suatu perubahan. Kepada seluruh pihak terkait, pemimpin harus terus dan sering, dengan antusias, menyuarakan pentingnya perubahan demi kebaikan,mendorong semangat kepada seluruh lini, mengungkapkan contoh-contoh kesuksesan, memberikan teladan dan tentu saja harus sering nampak bekerja keras bersama mereka. Pada sisi yang lain, perlu juga diperhatikan bahwa mengawal perubahan memerlukan kesabaran dan kemakluman akan berbagai hambatan materil ataupun non materil. Seringkali didapatkan berbagai kesalahan dan hambatan psikologis di awal-awal perubahan. Pada masa-masa transisi, pemimpin harus bersabar, mendampingi seluruh staff dengan bijaksana, mudah memberi bantuan dan arahan.

2.4         Peran Pemimpin Visioner
Burt Nanus (1992),  mengungkapkan ada empat peran yang harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan  kepemimpinannya, yaitu:
1.    Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana  seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan. Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
2.    Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
Tiga macam taktik untuk menentukan perubahan :
1)    Anticipatory Change (Perubahan Antisipatif)
Ini merupakan antisipasi terhadap kebutuhan perubahan. Dalam anticipatory change dituntut untuk melihat ke depan lebih dahulu dengan melihat tanda-tanda yang menunjukkan perubahan. Tantangan yang dihadapi adalah merumuskan terlebih dahulu bagaimana seharusnya wujud peta baru yang benar.
2)             Reactive Change (Perubahan Reaktif)
Reactive change merupakan reaksi kerena terlihatnya tanda-tanda bahwa akan menjadi perubahan.
3)             Crisis Change (Perubahan Krisis)
Crisis change merupakan tanda-tanda untuk perubahan sudah sedimikian besar dan intensif pada suatu tingkatan yang tidak dapat dielakkan lagi.
Memahami adanya tiga pendekatan perubahan ini penting karena bersifat langsung secara intuitif. Pada dasarnya, terdapat kolerasi antara tingkatan kesulitan perubahan dengan besarnya biaya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar memimpin perubahan strategis bekerja sama baiknya dalam reactive change dan crisis change maupun dengan anticipatory change.
Anticipatory change merupakan perubahan yang paling sulit dilakukan karena harus memperkirakan antisipasi terhadap perubahan yang mungkin akan terjadi. Crisis change merupakan perubahan yang masalahnya sudah jelas terjadi sehingga biaya yang timbul sebagai konsekuensi relatif paling murah. Reactive change berbeda dari keduanya, karena memiliki tingkat kesulitan maupun biaya yang sedang.
3.    Juru bicara (spokesperson). Memperoleh pesan ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.
4.    Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh pemain untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah pencapaian kemenangan, atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih,  lebih tepat untuk ditunjuk  sebagai player-coach.


2.5         Kompetensi Pemimpin Visioner
Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992),  yaitu:
1.    Seorang pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan guidance, encouragement, and motivation.
2.    Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang rencana penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
3.    Seorang pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision).
4.    Seorang pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.

Sedangkan Barbara Brown mengajukan 10 kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
1.    Visualizing.  Pemimpin visioner mempunyai gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
2.    Thinking. Pemimpin visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
3.    Showing Foresight. Pemimpin visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat rencana tidak hanya memper-timbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi rencana.
4.    Proactive Planning. Pemimpin visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan potensial dan mengem-bangkan rencana darurat untuk menanggulangi rintangan itu.
5.    Creative Thinking. Dalam menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah.
6.    Taking Risks.  Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai peluang bukan kemunduran.
7.    Process alignment. Pemimpin visioner mengetahui bagaimana cara meng-hubungkan sasaran dirinya dengan sasaran organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap departemen pada seluruh organisasi.
8.    Coalition building. Pemimpin visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu, departemen dan  golongan tertentu.
9.    Continuous Learning. Pemimpin visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan berbagai jenis pengembangan lainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi. Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang untuk bekerjasama  dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
10.     Embracing Change. Pemimpin visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan atau  tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.



BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Kepemimpinan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan organisasi sebagaimana menurut Sondang P Siagian dalam bukunya filsafat administrasi menyatakan kepemimpinan adalah inti daripada proses manajemen. Dimana inti dari sebuah kepemimpinan adalah adanya suatu pengambilan keputusan dan tindakan seorang pemimpin. Baik buruknya keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin akan menentukan maju dan mundurnya sebuah organisasi yang di pimpinnya. Dalam prakterknya sebuah organisasi selalu memiliki visi dan misi strategis. Namun rasanya sebagus apapun visi dan misi sebuah organisasi akan menjadi pajangan belaka tanpa adanya tindak lanjut dari seorang pemimpin mengenai visi dan misi tersebut. Oleh karenanya perlu adanya kepemimpinan visioner, yaitu pemimpin yang mempunyai pandangan kedepan, mempunyai arah dan tujuan yang jelas, mempunyai semangat untuk menjadi lebih baik, seorang pemimpin yang tidak monoton dan mampu mengarahkan, mempengaruhi bawahannya untuk dapat bekerja dan mewujudkan tujuan organisasi.


DAFTAR PUSTAKA

Wibowo. 2012. Manajemen Perubahan. Jakarta: Rajawali Pers.
Nanus, B. 2001. Kepemimpinan Visioner; Menciptakan Kesadaran akan arah dan Tujuan di dalam Organisasi. Jakarta: Prenhallindo.
Kambey. 2006. Landasan Teori Administrasi/Manajemen. Manado: Yayasan Tri Ganesha.
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi & organisasi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.



0 komentar:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Unordered List

Text Widget

Powered by Blogger.

TUGAS KULIAH, MAKALAH, ADMINISTRASI PUBLIK, KEBIJAKAN, MANAGEMEN, KEPEMIMPINAN, ORGANISASI DAN KEAG

Blogger templates

Blogroll