PERMASALAHAN DAN HAMBATAN DALAM ADMINISTRASI PERUSAHAAN NEGARA
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap
organisasi, baik yang berorientasi pada keuntungan maupun organisasi yang tidak
berorientasi pada keuntungan dapat dipastikan mempunyai suatu unit khusus yang
bertugas dalam bidang administrasi.
Dengan kata lain setiap
organisasi pasti memerlukan suatu unit yang mengelola segala sesuatu yang
berhubungan dengan kegiatan administrasi yang pada akhirnya akan berhubungan
dengan kegiatan kearsipan. Jadi kegiatan administrasi pada dasarnya adalah
menghasilkan, menerima, mengolah dan menyimpan berbagai surat, laporan,
formulir dan sebagainya ( Agus Sugiarto, 2005:2). Untuk menunjang kegiatan
administrasi tersebut terdapat lima teknis penunjang yang diperlukan untuk
menjalankan kegiatan administrasi. Lima teknis penunjang tersebut adalah
struktur organisasi, manajemen, administrasi personalia, administrasi keuangan,
administrasi serta peralatan atau sarana dan prasarana.Organisasi atau
perusahaan harus mampu mengelolah manajemennya untuk memenangkan persaingan
pada era yang serba kompetitif supaya dapat bertahan untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan. Pentingnya pembuatan struktur
organisasi perusahaan dimaksudkan utuk membagi habis tugas pokok pencapaian
tujuan perusahaan menjadi tugas pokok beberapa bagian divisi secara seimbang,
serta memberikan kejelasan bagi setiap karyawannya. Hal tersebut harus ada
pencapaian sasaran dan tujuan dibeberapa divisi kerja. Penyusunan struktur
organisasi perusahaan harus dapat menjamin kejelasan pembagian kerja antar
divisi dan pembagian tugas antar individu. Setiap divisi harus jelas apa tujuan
dan sasarannya, dan apa yang harus dilakukan untuk pencapaianya. Setiap divisi
harus jelas apa sasaran yang akan dicapai dan apa yang harus dilakukan.
Permasalahan
struktur organisasi perusahaan negara selayaknya lebih jelas dan transparan
sebab sejak tahun 2001 pengelolaan BUMN dikoordinasikan oleh kementrian negara
BUMN yang dipimpin seorang menteri. Sayangnya dalam praktek
departemen-departemen teknis dan keuangan tidak dapat begitu saja ditinggalkan
sehingga masih saja muncul berbagai persoalan klasik. Pada umumnya perusahaan
negara belum menempatkan para pegawai pada jabatan atau tugas pekerjaan yang
tepat, sesuai dengan kemampuan, kecakapan, bakat serta dasar pendidikan mereka.
Selain itu, persoalan administrasi personalia lainnya adalah disebabkan oleh
penerimaan dan pengangkatan pegawai masih kental KKN. Pelatihan motivasi banyak
menjadi pilihan dalam membangun karakter dan kemampuan SDM. Pelatihan demikian
dapat melecut spirit tim kerja untuk berbuat dan bekerja lebih baik lagi bagi
perusahaan. Meskipun demikian spirit itu umumnya akan menurun kembali dalam
beberapa bulan kemudian. Administrasi keuangan merupakan agenda utama yang
dilaksanakan setiap akhir tahun sebagain pertanggungjawaban manajemen pada perusahaan.
(Westra, Pariata. 2002. Perusahaan Negara. Jogya: Gajah Mada University).
Topik
ini di bahas dengan menggunakan studi pustaka maupun jurnal-jurnal para ahli
dalam bidang administrasi itu sendiri maupun tekhnis penunjang dan tak lupa
penyaji juga mengutip berbagai isu-isu
serta permasalahan terkini yang dapat di jadikan rujukan tanpa mencoba bersikap
subyektif penyaji lebih mengedepankan studi literature dalam penyajian makalah
ini.
Dengan
analisis permasalahan terhadap topik yang akan dibahas mengenai administrasi
teknis penunjang, makan dalam makalah ini diharapkan dapat memberi solusi
terhadap permasalahan lima teknis penunjang administrasi. Penyusunan struktur
organisasi perusahaan diharapkan dapat menjamin keseimbangan beban kerja antar
divisi dan individu.BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi. Namun agar peran tersebut bisa lebih maksimal, BUMN diharapkan dapat
dikelola oleh manajemen profesional, integritas dan leadership yang kuat, serta
memiliki kemampuan bisnis yang tinggi. Untuk itu pola rekrutmen dan pola
remunerasi (penghargaan atas jasa) juga diharapkan dikembangkan sesuai dengan
standar korporasi. Manajemen badan usaha milik negara harus membangun hubungan
industrial yang adil dan taat asas. Manajemen badan usaha milik negara (BUMN)
yang sehat secara bisnis dan memiliki kinerja keuangan cemerlang harus menerima
pekerja kontrak atau alih daya yang bekerja terus-menerus sebagai karyawan
organik.Diperlukan upaya lebih dari sebatas pelatihan motivasi untuk membangun
karakter SDM. Yakni upaya untuk menggali, membangkitkan, dan mengembangkan
kekuatan jiwa atau inner power tim kerja secara relatif permanen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Administrasi Teknis Penunjang
Kegiatan-kegiatan operasional dalam suatu
perusahaan yang merupakan penunjang untuk menciptakan keserasian antara tujuan
perusahaan dan system yang ada, administrasi tekhnis penunjang dalam perusahaan
Negara berupa, struktur, manajemen perkantoran ,personalia, manajemen keuangan
serta peralatan dan pembekalan.
2.2 Dimensi
Administrasi Teknis Penunjang
Permasalahan
struktur organisasi perusahaan Negara selayaknya lebih jelas dan transparan
sebab sejak tahun 2001 pengelolaan BUMN dikoordinasikan oleh kementrian Negara
BUMN yang dipimpin oleh seorang menteri. Sayangnya, dalam praktek
departemen-departemen teknis dan keuangan tidak dapat begitu saja ditinggalkan
sehingga masih saja muncul berbagai persoalan klasik.
2.2.1
Masalah
Struktur Organisasi
Disamping dirasakan perlu adanya
penegasan status, wewenang dan tanggung jawab antara perusahaan Negara yang
bersangkutan dengan misalnya satuan organisasi (pemerintahan) yang kepadanya
perusahaan Negara tersebut harus bertanggung jawab (contohnya antara Perum
Listrik Negara dengan Dirjen Gatrik), maka di kalangan intern badan usaha itu
sendiri pada kebanyakan perusahaan Negara belum mengadakan penertiban
organisasi serta belum melakukan penyusunan secara sehat dan efisien. Sebagai
contoh, pada perusahaan Negara pertamina terjadi duplikasi tugas antara Divisi
pembelian dengan bagian logistic departemen energy dan pertambangan pada waktu
itu yang tersebut belakangan ini hanya berfungsi sebagai bak surat (dilewati
surat-surat saja) sehingga tugas kedua bagian tersebut dapat disatukan.
Kesulitan yang timbul di dalam
penyusunan organisasi yang sehat dan efisien dapat disebabkan oleh terlanjur
banyaknya personil yang ada melebihi kebutuhan yang riil, serta ketidakpastian
dalam waktu yang cukup lama tentang status dari perusahaan Negara yang
bersangkutan dapat menyebabkan keseganan di dalam usaha penyempurnaan/penegasan
struktur organisasi. Implikasi ketidaktepatan struktur diantaranya, adalah:
1.
Sulitnya
pimpinan mengadakan pengawasan,
2.
Kesulitan dalam
penyaluran tanggung jawab,
3.
Kemungkinan
timbulnya duplikasi dan vakum pekerjaan,
4.
Memudahkan
timbulnya penyelewengan, dan
5.
Menimbulkan
pemborosan-pemborosan yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
Menurut Santosa
(2004), dalam suatu negara demokrasi,penggantian pemerintahan dan pemimpin
nasional bukan suatu hal yang luar biasa, sangat wajar dan memang harus
diterima dengan berbagai konsekuensinya yang seharusnya dilakukan dalam waktu
dekat adalah penggantian manajemen dimasing-masing unit kerja pemerintahan. Oleh
karena ada penggantian pimpinan dan manajemen lembaga pemerintah yang menangani
BUMN maka diperlukan tim baru agar menteri BUMN lebih mudah dan lancar membuat
program, strategi dan kelembagaan yang ada. Tim baru tentunya akan lebih
mampumenerjemahkan secara operasional pemikiran menteri tanpa ada maksud dan
agenda tersendiri.
Secara
profesional saat menghadapi persoalan untuk melakukan revitalisasi suatu
perusahaan biasanya dihadapkan pada pilihan, mengubah organisasi atau mengganti
para personalia atau pejabatnya. Apabila diprioritaskan mengganti organisasi
maka sebaiknya pejabatnya jangan diganti terlebih dahulu. Tapi apabila
prioritasnya mengganti pejabatnya dengan berbagai alasan yang masuk akal maka
organisasi jangan diubah dulu. Apabila keduanya diganti pada waktu yang
bersamaan maka akan terjadi chaos atau paling tidak terjadi kemandegan dalam
kegiatan perusahaan dalam arti lebih lamban dibandingkan sebelumnya.
Berkaitan
dengan permasalahan dilembaga Pembinan BUMN maka menteri BUMN harus dapat mengambil
langkah yang jelas kalau mau mengganti pejabatnya segerakanlah karena
sesungguhnya mereka sudah tidak memiliki motivasi (demotivasi) dan telah
bersiap-siap untuk diganti sebagaimana yang telah terjadi di masa lalu.
Walaupun mereka membicarakan strategi dan kebijakan misalnya perubahan
organisasi, mereka pun sebenarnya tidak berselera untuk ikut aktif memberikan
kontribusi yang maksimal. Suasana ini haruslah segera diakhiri dengan suatu
ketegasan.
2.2.2
Masalah
Manajemen
Perusahaan negara memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1.
Menjadi salah
satu sumber pembiayaan pembangunan;
2.
Pada umumnya
menjalankan bisnis monopolis karena menyangkut hajat hidup orang banyak;
3.
Mempunyai
keterkaitan erat dengan birokrasi.
Ketiga
karakteristik perusahaan negara tersebut mengakibatkan perusahaan negara over
bureaucratized dan tidak terbiasa untuk berorientasi kepada pasar (juga
tidak terbiasa berkompetisi). Manajemen perusahaan negara sudah terbiasa dengan
subsidi dengan captive market (pasar domestik) yang ditetapkan oleh
regulasi pemerintah. Selain itu juga kelemahan paling mendasar yaitu manajemen
perusahaan negara yang pada umumnya kurang memiliki visi bisnis sesuai dengan
bisnis intinya. Hal ini dapat dipahami karena direksi perusahaan negara diambil
bukan dari kalangan profesional yang memiliki jiwa entrepreneurship yang
tinggi, tapi lebih mengedepankan mentalitas birokratnya.
Dalam kaitan manajemen perusahaan
ini Hamid dan Ato (2000) mengatakan : manajemen BUMN dewasa ini umumnya masih
terbawa mental birokratnya. Padahal gaya dan cara berfikir birokratik jelas
tidak akan cocok lagi untuk mengelola unit usaha bisnis yang sekarang semakin
ketat persaingannya, dengan semakin canggih pula pola manajemennya.
Sebagai suatu lembaga bisnis, BUMN
benar-benar menuntut tenaga profesional yang ahli di dalam bidangnya. Dengan
demikian tidak otomatis seseorang yang sudah duduk dan sukses dalam eselon
tinggi di birokrat maupun dijenjang militer dapat suskses pula dalam memimpin
suatu badan usaha. Dengan kondisi demikian pula tidak mengherankan jika banyak
BUMN yang MERUGI.
Jika diruntut secara historis
penyebab kelemahan manajemen ini tidak terlepas dari kondisi pada waktu
indonesia masih dijajah Belanda, Pemerintah Hindia Belanda dengan sengaja tidak
mempersiapkan orang-orang Indonesia untuk memiliki pengetahuan, pengalaman dan
profesi manajemen yang berkeahlian. Orang-orang Indonesia misalnya pada waktu
sedang berkembang Big Five (lima perusahaan besar milik pemerintah
Hindia Belanda) paling tinggi menduduki jabatan hanya sebagai tenaga kerja
biasa tidak sebagai staf.
Kecenderungan lain sampai akhir masa
pemerintahan orde baru, sebagian besar manajemen/direksi perusahaan negara
berasal dari kalangan pamong praja dan militer. Pemikiran dan tindakan untuk
memimpin perusahaan negara sungguh berbeda dengan pemikiran dan tindakan untuk
memimpin pemerintahan atau pasukan di medan perang. Untuk memimpin suatu
perusahaan negara dibutuhkan jiwa entrepreneurship, kreativitas serta conceptual
skill. Suasana kejiwaaan ini yang dibutuhkan perusahaan tidaklah tepat
dengan rigiditas disiplin yang biasanya menjadi ciri dari seorang pamong praja
atau seorang prajurit.
Akibat utama kelemahan bidang manajemen ini adalah
kelemahan dalam penyusunan corporate planning, kurang matangnya leadership,dan
lemahnya pelaksanaan pengontrolan. Hal ini menyebabkan terjadinya manajemen
gap dimana terdapat kesenjangan diantara yang seharusnya dilaksanakan dengan
yang sebenarnya dipraktekkan. Ini terjadi karena direksi perusahaan negara
lebih banyak mengikuti acara-acara seremonial dibandingkan memikirkan aspek
strategis dan juga karena ketidakmampuan membuat komitmen berdasarkan
profesional kriteria dan bukan atas hubungan istimewa atau
kepentingan-kepentingan tertentu. Hal ini dapat dipahami karena pengengkatan
mereka sebagai direksi umumnya bukan karena penggunaan profeisonal kriteria.
Oleh karena itu perlu menerapkan profesional management pada perusahaan
negara.
2.2.3 Masalah Administrasi Personalia
a.
Kemurnian
pelaksanaan system kecakapan pada penerimaan pegawai
Perusahaan
Negara pada umum nya belum melaksanakan system kecakapan(merit system)secara
murni pada penerimaan pegawai baru. Bermacam-macam merit system yang terdengar
di tengah-tengah masyrakat menyatakan bahwa untuk dapat masuk suatu perusahaan
Negara,harus membayar sekian rupiah.mereka yang di tolak lamaran nya belum
tentu tidak memenuhi syarat, begitu pula yang tidak lulus di masa percobaan,hal
demikian tadi sebenarnya tidak harus terjadi,sebab meskipun mungkin dapat
menyebabkan adanya kerjasama yang baik
tapi dapat menimbulkan kerugian karena hal itu dapat menyebabkan di
perolehnya tenaga kerja yang memenuhi syarat.
Pelaksanaan
system kecakapan yang tidak layakdapat mengakibatkan banyak tenaga kerja yang
kurang memenuhi syarat,pengangkatan pegawai melebihi formasi yang dapat
menimbulkan kelebihan pegawai,sehingga terpaksa di ciptakan lapangan pekerjaan
yang sebenarnya tidak perlu. Hal demikian mudah menimbulkan ketidak adilan dan
kemungkinan kecurangan pengangkatan pegawai dan sudah tentu juga menimbulkan
pemborosan untuk yang tidak perlu.
b.
Ketepatan
dalam penetapan pegawai
Sedikit
sekali perusahaan Negara yang memiliki tenaga ahli yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhannya, baik kualitas maupun kuatitasnya, seperti seorang sarjana
pertanian di serahi tugas mengurusi kendaraan-kendaraan, hal demikian tentu
akansangat merugikan baik bagi pegawai yang bersangkutan.
Ada
beberapa kemungkinan yang menyebabkan terjadi nya keadaa yang demikian, antara
lain pengangkatan PEGAWAI yang hanya mengingat lowongan yang ada, kemampuan
keuangan untuk pembiayaan dan penggajian
terbatas, system kawan pada penerimaan pegawai, tidak jelasnya struktur
organisasi berikut job description nya sulit mencari pekerjaan pada umumnya,
sulit memindahkan/mutasi pegawai untuk di tempati oleh pegawai lain yang lebih
tepat, dan sebagainya. Dapat di bayangkan bahwa akan timbul beberapa akbibat
dari keadaan demikian, misalnya turun semangat dan gairahbekerja sehingga
produktivitas menurun dan juga dengan sendirinya menimbulkan
pemborosan-pemborosan.
c.
Belum
meratanya penempatan up grading
Mengingat
dasar pendidikan pegawai pada perusahaan Negara tidak cocok dengan bidang,
jabatan dan tugas pekerjaan yang di pangku dan dapat mengikuti cara kerja yang
yang baru serta pengetahuan lainnya sesuai dengan perkembangan zaman,namun
saying sekali, pada umum nya penatran tersebut sangat terbatas dan kebanyakan
di laksanakan atau telah berlangsung hanya pada pegawai di golongan-golongan
tertentu(golongan atas) sehingga golongan bawah kurang mendapat kesempatan.
Biasanya, kesempatan ini di berikan kepada mereka yang di perkirakan mampu
untuk mengikuti pendidikan tambahan/upgrading tersebut dengan harapan bahwa
pegawai yang bersangkutanakan benar-benar mempergunakan kesempatan ini sesuai
dengan tujuan upgrading itu sendiri, dan tidak hanya sekedar memenui perintah
atasan maupun ingin bebas dari pekerjaan sehari-hari.
d.
Kesulitan
dalam melaksanakan pemidahan pegawai
Padahal mutasi pegawai dirasakan penting untuk meningkatkan kegairahan pegawal dan kesegaran kerja. Mutasi pegawai juga erat kaitannya dengan latar
belakang dan penempatan pegawai untuk memperoleh right man in the righ tplace". Sulitnya melaksanakan
mutasi pengawai dipicu oleh beberapa faktor.
Misalnya sementara orang bahwa pegawai, yang dipindahkan biasanya yang bersangkutan memiliki permasafahan. Faktor lain misalnya adanya
jabatan basah dan kering; harus menjamin kerjasarna dengan rekan kerja barn
padahal di tempat rama sudah mendapatkan suasana kerja yang menyenangkan; alasan kepentingan keluarga (keluarga kurang berminat untuk pindah
dengan berbaga; alasan); sulitnya mencari dan memperoleh tempat tinggal serta
lingkungan baru yang nyaman; ketidak pastian fasilitas ditempat baru; ketidakpastian
akan terjadinya peningkatan kesejahteraan ditempat
baru. Dampak yang ditimbulkan manakala mutasi tidak dijalankan sulit menemukan pegawai yang cocok dengan
bakat, latarbelakang pendidikan, irama
kerja yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pegawai langkanya pegawai yang
kreatif dan inovatif; kejemuan ditempat kerja yang keseluruhnya akan memoros kepada rendahnya
produktivitas kerja.
e.
Penilaian
kecakapan secara objektif
Penilaian kecakapan biasanya difokukanoleh atasan masing-masing
dengan berdasarkan pedoman tertentu namun demikian pertimbangan dan perkiraan
atasan sendiri masih dominan. Hal ini dapat menimbulkan ketidak adilan dalam
pelaksanaannya karena penilaian
berdasarkan like or dislike. Apabila atasan
menyenangi pegawai terten tu maka pegawai tersebut akan mendapat nirai
tinggi atau baik. Sebaliknya apabila atasan
tidak menyukai bawahan tertentu maka bawahan tersebut akan mendapat nila;
buruk atau rendah meskipun realitasnya menunjukkan tidak demikian. Demikian tindak lanjut dari hasil penilaian itu belum
banyak dilakukan. Padahal perusahaan negara memungkinkan hal itu. Misalnya
apabila seorang pegawai dinilai berkinerja baik maka diberikan prestasi apakah berupa
bonus, pemberian beasiswa melanjutkan
pendidikan atau promosi. Sebalik nya jika
pegawai dinilai berkinerja rendah maka selayaknya apa yang dapat dilakukan oleh
perusahaan meningkatkan kinerja yang bersangkutan. Contohnya dikirim untuk
pendidikan dan pelatilhan; melakukan pembimbingan terhadap pegawai tersebut;penundaan
tunjangan.
Kesulitan penilaian kecakapan dalam perusahaan negara tidak lepas dari beberapa faktor. Misalnya penentuan ukuran penilaian terhadap
masing-masing unsur yang di nilai tidaklah mudah, tidak adanya alat yang dapat
memberikan penilaian secara cermat, sehingga penilai merasa ragu-ragu untuk
memberikan penilaian terhadap akibat dari penilaian kecakapan yang sifatnya
negative dan hal ini pula melemahkan tindak lanjut dan harus segera di
laksanakan.
f.
Dua macam status pegaai dan berlakunya dua macam peraturan gaji
pada beberapa perusahaan Negara
Terdapatnya dua macam status pada perusahaan Negara umumnya, yakni
golongan staf(white colour workers) dan nonstaf(blue colour staff) tidak banyak
efeknya di kalanagan para pegawai. Tetapi sebenarnaya bila di lihat dari rasa
persatuan(corp geest) keseluruhan karyawan, hal ini dapat merupakan suatu
masalah. Karena adanya dua macam status pegawai ini menunjukkan kurang adanya
persamaan nasib, di samping rasa persatuan.biasanya golongan staf mengelompokan
dirinya dengan sesamanya dan sukar untuk berganul dengan golongan non staf.
maka dari itu tugas pemimpin untuk menjaga keharmoniasan antar dua golongan
tersebut.
Pada beberapa perusahaan Negara, rupa-rupanya perbedaan satatus
pegawai yang mencolok di pertajam dengan di berlakukan lebih dari satu system
penggajian(berikut tunjangan-tunjangannya). Gaji staff relative lebih besar di
bandingkan dengan golongan non staff, serta adanya perbedaan yang tajam dalam
system pemberian tunjangan, hal ini merupakan sikap(attitude) yang di wariskan
sejak jaman colonial belanda hingga aman merdeka ini.
g.
Perbedaan peraturan gaji dan jaminan-jaminan sosial di antara
perusahaan Negara
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab perbedaan peraturan
penggajian selain undang-undang yang mengarturnya yakni sejarah dari berdiri
dan perkembangan perusahaan Negara yang memang berlainan. Selanjutnya,
keuntungan,pendapatan,dan penghasilan perusahaan memang berbeda, yang di
sebabkan oleh berbagai factor.
h.
Sulitnya pemberhentian pegawai
Pada kebanyakan pegawai Negara memenag terasa adanya kelebihan
tenaga pegawai (untuk golongan tertentu.Namun pelaksanaan dari pemberhentian
sebagai akibat kenyataan kelebihan tersebut ternyata jarang sekali dapat
benar-benar di lakukan dengan lancer dan tepat, kecuali pemecatan dalam hal-hal
terkjadinya pelanggaran yang bersifat berat, ataupun yang sifatnya
politis.Terhadap pegawai yang kurang cakap sulit di lakukan pemecatan.
Barangkali ada sebab-sebab tertentu yang dapat di kemukakan sebagai alasan
timbulnya kesulitan ini, yakni masih terbenturnya dengan peraturan
perundang-undangan yan melarang adanya pemecatan yang semena-mena serta akibat
yuridisnya yang cukup panjang, juga di sebabkan oleh pertimbangan sosial
ekonimi terhadap pegawai yang bersangkutan, sebab dengan adanya pemecatan,
bererti hilangnya mata pencaharian mereka, dan perusahaan juga terbentur
maslaah pendanaan pesangon saat melakukan pekerjaan.
i.
Ketertiban presensi
Pada umumnya perusahaan negara berusaha menertibkan
presensi(daftar hadir pegawai) untuk mencegah absentism, dengan suatu cara
ssitem tertentu untuk mencegah dari banyaknya pegawai yang bolos kerja.
Presensi yang hanya di lakukan pada pagi hari akan lebih memberikan kesempatan
di siang hari, sulitnya system presensi yang benar dapat mengaibatkan sulitnya
pemantauan kerajinan oleh pimpinan.
2.2.4
Masalah
Adminitrasi Keuangan
Masalah
keuangan dan penyusunan pelaporan anggaran perusahaan dapat menyangkut hal –
hal sebagai berikut:
1. penyampaian
usul anggaran yang terlambat
Anggaran merupakan suatu rencana yang
dinyatakan dengan angka – angka uang yang didalamnya terdapat suatu tujuan
kerja yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu. Anggaran berisi tentang
taksiran jasa – jasa, aktivitas dan proyek – proyek, belanja yang diperlukan,
dan sumber – sumber yang diperhitungkan untuk menutupi belanja tersebut.
Anggaran perusahaan negara difokuskan pada sisi pemasukan sehingga memerlukan
suatu penyampaian usulan anggaran yang tepat. Keterlambatan dalam penyampaian
usulan anggaran dapat mempenaruhi kuantitas dan kualitas produksi perusahaan.
Keterlambatan dalam penyampaian usulan anggaran dapat disebabkan oleh hal – hal
berikut: Ketidaklengkapan data, ketersediaan data tidak dilengkapi dengan cost
accounting yang baik, dan kurangnya kesadaran pengelola.
2. Kurangnya
Standar Pengendalian Anggaran Perusahaan Negara
Pengukuran anggaran meliputi pengukuran
terhadap output dan belanja yang dilakukan, dibanding dengan anggaran.
Aktivitas pembukuan (accounting) atau bookkeepingyang kurang tertib
karena kurang mapannya sistem pemasukan dan pengeluaran uang, transaksi yang
tidak segera dibukukan, kekeliruan dan kecerobohan pencatatan lainnya, serta
kurang mampunya audit eksternal dan internal menerbitkan pembukuan perusahaan.
3. Ketidak
Pastian Standar Laporan Keuangan
Menurut Westra (2002), badan pengawas
pemeriksa laporan keuangan belum memiliki pedoman yang pasti dan baku.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan agar laporan keuangan di audit oleh
auditor independen, namun terdapat kendala kurangnya tenaga ahli keuangan. Oleh
karena itu, perusahaan seharusnya menerapkan prinsip the right men in the
right place.
4. Lemahnya
Transparansi
Menurut Ariyoto dkk (2000), laporan
keuangan dan laporan manajemen adalah sarana transparansi tentang kinerja manajemen
dalam pengambilan keputusan yang straegis. Transparansi akan terlaksana apabila
didukung oleh informasi yang terkandung dalam laporan – laporan yang
berkualitas, akurat, dan relevan. Lemahnya transparansi dapat disebabkan olh
dua kemungkinan, yaitu: perusahaan tidak memiliki kompetensi yang cukup untuk
menyelesaikan laporan keuangan, atau manajemen memiliki agenda tersembunyi
sehingga mengulur waktu. Lemahnya transparansi ini identik dengan lemahnya
sistem monitoring atas kinerja manajemen, dan lemahnya pengendalian atas
jalannya perusahaan oleh pihak – pihak diluar manajemen. Tanpa adanya
transparansi, sulit mengukur sejauh mana keberhasilan manajemen dalam
mengakomodasi kepentingan – kepentingan stakeholder lainnya, terutama yang idak
sejalan dengan kepentingan manajemen.
2.2.5
Masalah
Administrasi Peralatan dan Perbekalan
Menurut
Westra (2002) permasalahan mengenai administrasi peralatan dan perbekalan
meliputi hal – hal sebagai berikut:
1. Ketepatan
penyediaan perbekalan.
Perusahaan negara yang memiliki cabang
di beberapa daerah, menggunakan sistem sentralisasi dalam pembelian barang,
namun beberapa diantaranya menggunakan sistem desentralisasi. Sentralisasi
pembelian barang mengakibatkan keterlambatan pengiriman barang dikarenakan
perencanaan waktu yang kurang tepat, gangguan cuaca, kerusakan sarana dan
prasarana transportasi. Keterlambatan penyediaan barang ini mengganggu
kelancaran laju pekerjaan dan efisiensi.
2. Standarisasi
alat – alat kelengkapan.
Tidak adanya kriteria dan spesifikasi
standar alat – alat kelengkapan perusahaan negara diakibatkan oleh kurangnya
koordinasi antara perusahaan – perusahaan negara tersebut, ketidakmampuan untuk
mengganti mesin – mesin lama dan sukarnya mengganti onderdil, perusahaan negara
tidak mempunyai tenaga ahli mesin, adanya perbedaan daya beli antara satu
perusahaan negara dengan perusahaan negara lainnya. Ketidaktersedianya
standarisasi alat – alat kelengkapan ini mengakibatkan pemborosan, kesulitan
penyediaan alat – alat onderdil, dan kualitas produksi yang kurang baik dan
kurang seragam.
3. Pemakaian
peralatan yang sudah tua.
Perusahaan menggunakan perlengkapan,
peralatan, dan mesin – mesin yang sudah tua sehingga biaya perawatan semakin
tinggi, rentan kecelakaan kerja, dan menimbulkan stagnasi serta mengurangi
gairah kerja.
4. Tata
penyimpanan barang
Meliputi beberapa permasalahan
penggudangan seperti, prosedur penyimpanan dan pengeluaran barang yang rumit
sehingga memerlukan waktu dan biaya, ketidaktertiban pencatatan arus barang
masuk dan keluar, dan pengabaian terhadap usaha – usaha pencegahan keselamatan
dan keamanan barang dalam gudang yang
dapat merugikan perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk
menunjang kegiatan administrasi tersebut terdapat lima teknis penunjang yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan administrasi. Lima teknis penunjang
tersebut adalah struktur organisasi, manajemen, administrasi personalia,
administrasi keuangan, administrasi serta peralatan atau sarana dan prasarana. Organisasi
atau perusahaan harus mampu mengelolah manajemennya untuk memenangkan persaingan
pada era yang serba kompetitif supaya dapat bertahan untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Bastia,Indra.
Privatisasi Di Indonesia.2002.
Salemba Empat, Jakarta.
·
Lembaga
Administrasi Negara (LAN).Sistem
Adminiatrsi Negara Republkik Indonesia(Jilid II).1993.Cv HAJI Masagun,
Jakarta
·
Westra,Pariata.
Administrasi Perusahaan Negara (Perkembangan
Dan Permasalahan). 2009. Ghalia Indonesia,Bogor
·
Akadun.
Administrasi Perusahaan Negar. 2009. CV Alfabeta, Bandung
administrasi, administrasi bisnis, administrasi perusahan, administrasi perusahan negara, administrasi publik, BUMN, karier, kenaikan pangkat, MAKALAH
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip