PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PEMBERDAYAAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sumber daya manusia, (SDM) merupakan potensi yang terkandung
dalam diri seseorang untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang
adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh
potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan
dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan.
Proses pemberdayaan yang berawal dari dalam diri seseorang bertolak dari asumsi bahwa setiap manusia ataupun masyarakat telah memiliki potensi yang ada didalam dirinya dan perlu ditampakkan dan dikembangkan, karena tidak ada manusia/masyarakat yang sama sekali tidak memiliki daya.
Proses pemberdayaan yang berawal dari dalam diri seseorang bertolak dari asumsi bahwa setiap manusia ataupun masyarakat telah memiliki potensi yang ada didalam dirinya dan perlu ditampakkan dan dikembangkan, karena tidak ada manusia/masyarakat yang sama sekali tidak memiliki daya.
Menurut Friedmann (1992) bahwa kelompok miskin yang tidak
berdaya memang perlu memberdayakan dirinya, karena manusia bukan pasif
melainkan sebagai aktor pembangunan yang terus menerus mencari pemecahan
terhadap setiap permasalahan yang dihadapinya. Dalam kerangka inilah
pemberdayaan merupakan konsep untuk mendorong lingkaran yang menghubungkan
power dengan kesejahteraan. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan
menyajikan beberapa penjelasan tentang pengembangan sumber daya manusia melalui
pemberdayaan.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa definisi pemberdayaan sumber daya manusia?
2. Unsur-unsur apa saja dalam pemberdayaan sumber daya manusia?
3. Apa manfaat pemberdayaan sumber daya manusia?
4. Bagaimana strategi dan model pemberdayaan sumber daya manusia?
5. Apa tujuan pemberdayaan sdm?
6. Apa keyakinan dasar yang melandasi pemberdayaan karyawan
7. Bagaimana langkah-langkah
pemberdayaan sumber daya manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
MELALUI
PEMBERDAYAAN
2.1 Pengertian Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia
Carlzon dan Macauley
sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998 :46) mengemukakan bahwa yang
dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagai berikut :“membebaskan seseorang
dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab
terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan tindakannya.”
Carver dan Clatter
Back (1995 : 12) mendevinisikan pemberdayaan sebagai “ upaya memberi keberanian
dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna
meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi.”
Wood, Wallace dan Zeffane dalam Widodo Sunaryo
(2009) mengemukakan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah pengembangan
mentalitas “mampu berkarya” yang positif dalam diri karyawan (creating
apositive “can do” mentality among employees). Mentalitas “mampu
berkarya” ini tumbuh dari keyakinan diri para karyawan akan
kemampuannya untuk berkarya pada pekerjaannya (self-efficacy). Keyakinan
ini ditumbuhkan melalui proses pengembangan kompetensi-kompetensi karyawan, pemberian
dorongan dan persuasi terus menerus, serta dukungan emosional dan keteladanan (modelling)
dari para pimpinan di dalam kancah kegiatan kerja para karyawan sehari-hari.
Untuk memahami pengertian Sumber Daya Manusia (SDM) , sebaiknya diawali
dari kata kuncinya dahulu yaitu: Daya (energi) dalam konteks SDM
adalah"Daya yang bersumber dari manusia berupa tenaga atau kekuatan yang
ada pada diri manusia itu sendiri, yang memiliki kemampuan (competency) untuk
dinamika, artinya untuk bisa maju‑positif dalam setiap aspek kegiatan
dalam lembaga .
Kegiatan membangun, atau melakukan kegiatan pembangunan, adalah suatu
proses kegiatan yang sistematik, yang ada kelanjutannya untuk lebih baik
dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, baik bagi diri manusia itu sendiri,
maupun lembaga di mana ia bekerja maupun bagi masyarakat lingkungan dimana
kemampuan manusia tersebut dilaksanakan.Mampu membangun
berarti"Daya" (energi ) dan adanya kemauan untuk bekerja dengan benar
dan baik dan tanggung jawab. Dari pengertian SDM ini menunjukkan bahwa
tidak semua manusia dapat disebut sebagai SDM, karena manusia yang tidak
mempunyai/memiliki daya dalarn arti kemampuan, maka itu tidak layak disebut
sebagai SDM.
Menurut Nawawi mengatakan ada tiga pengertian
Sumber Daya. Manusia Yaitu:
a. Sumber
Daya Manusia adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu lembaga (disebut
juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan)
b. Sumber
Daya Manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam
mewujudkan eksistensinya.
c.
Sumber Daya Manusia adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai
modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis yang dapat
diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam
mewujudkan eksistensi organisasi.
Kata Pemberdayaan dan Sumber Daya Manusia, apabila disatukan adalah menjadi
"Pemberdayaan Sumber Daya Manusia", maka dalam konteks ini,
pengertiannya adalah : suatu proses kegiatan usaha untuk lebih memberdayakan
"Daya manusia" melalui perubahan dan pengembangan manusia itu
sendiri, berupa kemampuan (competency),kepercayaan(confidence), wewenang
(authority), dan tanggung Jawab (responsibility) dalam rangka
pelaksanaan kegiatan‑kegiatan (actifities) organisasi untuk
meningkatkan kinerja (performance) sebagaimana diharapkan
dalam bidang lain maupun dalam bidang pendidikan.
Setiap pemberdayaan merupakan kekuatan yang ada pada
sebuah lembaga atau organisasi. Sumber daya yang tidak berdaya sama
halnya dengan tidak adanya sumber daya manusia, walaupun mempunyai perlengkapan
yang lengkap. Peralatan yang lengkap jika tidak ada yang bisa mengoperasikan
sama halnya peralatan tersebut tidak ada.
2.2 Unsur-unsur Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia
Pemberdayaan
merupakan suatu hal yang sangat krusial oleh karena itu untuk mencapai hasil
pemebrdayaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Stewart dalam Hardjana
(1998:112-128), mengemukakan bahwa terdapat delapan prinsip pemberdayaan yang
satu sama lain saling mempengaruhi, sehingga semua prinsip akan bisa berjalan
selaras secara bersamaan.
Adapun yang
dimaksud dari kedelapan prinsip pemberdayaan tersebut adalah :
a.
Mengembangkan visi bersama
maksudnya adalah pimpinan dalam hal ini memiliki kewajiban untuk memberikan
pandangan kepada bawahannya agar berwawasan keorganisasian sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawabnya. Penyebaran bawahan yang bekerja pada unit kerja
masing-masing tidak hanya mengetahui dan memahami tentang kegiatan yang menjadi
tugas pokok dan fungsinya secara khusus, melainkan harus mengerti dan memahami
tujuan dalam melaksanakan pekerjaan dan kegunaan hasil kerjanya. Tujuan utama
pemberian pandangan kepada bawahan adalah agar bawahan, baik secara pribadi
maupun secara organisasional dapat melahirkan kesamaan pandangan, karena hasil
pekerjaan bawahan tersebut akan dikoordinasikan menjadi tujuan organisasi
secara keseluruhan, kendatipun pada awalnya melaksanakan pekerjaan untuk unit
kerja dari organisasi tersebut. Mengembangkan visi bersama ini diperlukan agar
pelimpahan wewenang tidak terjadi penjungkirbalikan. Pegawai perlu memiliki
gambaran yang jelas mengenai tujuan organisasi atau departemen, maka sebagian
besar kegiatan akan terkoordinasi dengan sendirinya. Jika seluruh pegawai jelas
mengenai tujuan tersebut dapat diserahkan kepada masing-masing individu,
asalkan tolak ukurnya ditetapkan.
b.
Mendidik, maksudnya yaitu untuk
mencapai hasil kerja yang efektif dalam melaksankan tugasnya. Tujuan utama dari
memberikan pendidikan dan pelatihan pegawai tersebut adalah tercipta pegawai
yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan sesuai dengan kebuthan dalam pencapaian tujuan organisasi. Pelatihan
dilakukan untuk menstandarkan perilaku, untuk menjamin bahwa pegawai akan
berperilaku secara konsisten dan dapat diandalkan dalam keadaan tertentu yang
telah dpierkirakan sebelumnya dan pelatihan dapat meningkatkan kecakapan,
kecakapan khusus yang memang diperlukan. Sedangkan pendidikan sendiri bertujuan
untuk mengusahakan agar perilaku pegawai meskipun tidapat diramalkan detailnya
cocok dan efektif menurut konteksnya, yakni dengan memastikan bahwa mereka
mengetahui adanya seperangkat peraturan atau prinsip alasan-alasan untuk dapat
mengambil keputusan secara mandiri.
c.
Menyingkirkan rintangan-rintangan,
maksudnya yaitu pemberdayaan yang dilakukan seorang pimpinan bertujuan agar
bawahan mampu memisahkan antara kegaitan yang sesuai dan yang tidak sesuai
dengan tujuan organisasi. Faktor yang menjadi sasaran utamanya adalah agar
bawahan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan sistem kerja, prosedur kerja dan
tata kerja sejalan dengan tujuan organisasi, sehingga berbagai bentuk
penyimpangan dari kebijaksanaan yang telah ditentukan dapat terhindar.
Singkirkanlah peraturan atau ketentangan ketetapan, yang tidak perlu, yang
menghalangi pemberdayaan, jauhkanlah segala macam halangan dan rintangan (entah
itu orang, prosedur administrative, atau pun hal-hal teknis).
d.
Mengungkapkan artinya bahwa
sebenarnya siapapun pimpinan dalam hal ini tidak bisa mengharapkan bahwa staff
(para pegawai) memiliki rasa antusias yang sama, sehingga perlu adanya
pengungkapan apa arti pemberdayaan dan manfaat yang akan diperolah. Karena itu
penting sekali adanya kejujuran dari pimpinan untuk mengungkapkan pendapat
sendiri, jangan sampai staff (pegawai bawahan) terus menduga-duga apa
sebenarnya pandangan dan keinginan pimpinan. Apabila jika pegawai melakukan
kesalahan, ini harus diungkapkan secara jelas, bagaimana yang seharusnya,
kemudian yang telah terjadi akan tetap mejadi bahan pemikiran pegawai yang
tidak bisa di pecahkan sendiri.
e.
Mengamati artinya pimpinan dalam
hal ini memberi semangat dan mendorong untuk menciptakan gairah kepada pegawai
agar mereka bersemangat dan bergairah dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Pemberdayaan dapat mendatangkan kegembiraan dan memberi manfaat-faat yang besar
bagi tiap individu dan organisasi. Seorang pimpinan perlu mengetahui dimana
kegembiraan itu dapat ditemukan dan kemudian dapat disampaikan kepada para
pegawai. Mungkin boleh jadi pimpinan belum siap untuk melakukan pemberdayaan.
Jika ketidak siapan itu terjadi maka keengganan dan keraguan dan pimpinan
tersebut akan tampak keluar dan dilihat oleh para pegawai. Para pegawai harus
disemangati tentang manfaat-manfaat pemberdayaan. Mereka melihat bahwa seorang
pimpian sendiri memang senang dengan gagasan pemberdayaan dan mau mencurahkan
tenaga agar pemberdayaan itu berjalan misalnya dengan memberikan kewenangan
kepada pegawai untuk mengatur anggarannya sendiri.
f.
Memperlengkapi mengandung arti
bahwa untuk kelangsungan tugas yang harus dilaksanakan bawahan tidak lepas dari
fasilitas kerja yang harus diperlukan. Bentuk fasilitas kerja yang diperlukan
dalam pelaksanaan kerja secara operasional meliputi sarana dan prasarana kerja
lainnya yang dibutuhkan. Fasilitas tersebut harus sesuai dengan keperluan dalam
pelaksanaan tugas. Kemudian yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam
penyediaan perlengkapan untuk melaksanakan tugas adalah kesesuaian dengan usaha
untuk meningkatkan kemajuan dan pengembangan organisasi, sehingga dalam
pengadaan material harus bersifat modern. Tujuannya adalah agar kinerja pegawai
dapat terpacu kearah pencapaian tujuan organisasi yang efektif. Meskipun
pemberdayaan tetap bertanggung jawab agar pegawai memiliki segala hal yang
mereka perlukan.
g.
Menilai dimaksudkan agar
pemberdayaan yang sudah berjalan sangat penting untuk dipantau perkembangannya
dan menilai hasilnya. Pemberdayaan pada pokoknya merupakan proses, maka
pemantauan dan penilaian harus dilakukan terus menerus. Penilaian yang
dilakukan harus mencakup dua segi yaitu pimpinan kepada pegawai dan pegawai
kepada pimpinan, kinerja pimpinan perlu dinilai dan begitu pun sebaliknya.
Pimpinan perlu mempertimbangkan apakah sasaran dan standar-standar itu untuk
mencapai tujuan organisasi.
h.
Mengharapkan maksudnya yaitu
pimpinan harus siap terhadapa permasalahan yang timbul, baik berupa hasil
pelaksanaan program kerja yang tidak tercapai. Pimpinan mungkin tidak akan
mampu meramalkan dengan pasti kapan dan mengapa permasalahan itu muncul tetapi
kita dapat berusaha memperkirakan jenis permasalahan yang mungkin terjadi. Oleh
karena itu kita harus mengetahui secara pasti hasil pelaksanaan pekerjaan yang
akan dapat membuet kita berfikir dengan jernih dan serius untuk menemukan dimana
dan mengapa masalah-masalah tersebut bisa timbul. Masalah-msaalah yang telah
diketahui harus dijadikan bahan dasar dalam perbaikan program yang akan datang.
Akhirnya satu sama lain yang kita harus harapkan yakni keberhasilan. Jika kita
mampu tetap optimis, meski sesekali terjadi kemunduran, tetapi keberhasilan
niscaya akan datang.
2.3 Manfaat Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia
Gaspersz
menyatakan dengan manfaat pemberdayaan pegawai, yaitu sebagai berikut:
1.
Pekerjaan
mereka merupakan milik mereka
2.
Mereka
bertanggung jawab
3.
Mereka
mengetahui dimana mereka berada
4.
Mereka
memiliki beberapa kendali atas pekerjaan mereka
Berdasarkan uraian tersebut, berikut ini dapat
dikemukakan bahwa pada diri pegawai akan tumbuh rasa memiliki atas organisasi
tempat mereka kerja. Dengan tumbuh dan berkembangnya rasa memilki tersebut,
maka akan terbangun pula unsur tanggung jawab, serta hal-hal positif lainnya.
Selnjutnya dengan tanggung jawab tersebut, maka pegawai semakin sadar akan
keberadaan organisasi tempat mereka mengabdi, bekerja, serta mengembangkan
kemampuan, keterampilan serta bakat yang dimilikinya.
Kemudian Blanchard mengemukakan bahwa
“karyawan yang berdaya, akan memberikan keuntungan bagi diri sendiri dan
organisasi. Hal tersebut disebabkan bahwa didalam organisasi yang berdaya, para
pegawai dapat menyumbangkan gagasan-gagasan dan inisiatif-inisistif terbaiknya
bagi lingkungan kerja, dengan perasaan senang, perasaan memiliki, dan perasaan
bangga. Disamping itu, mereka akan bertindak secara bertanggung jawab dan akan
mengutamakan perhatiannya kepada organisasi.” Berdasarkan uraian tersebut, maka
jelas bahwa dengan pemberdayaan pegawai akan memberikan keuntungan bagi kedua
belah pihak, yaitu untuk pegawai itu sendiri maupun organisasi. Selanjutnya
dengan kemampuan pegawai menyumbangkan gagasan-gagasan dan inisiatif-inisiatif
terbaiknya bagi lingkungan kerja maka sasaran-sasaran dan tujuan organisasi
akan dapat dicapaidengan lebih mudah dan berkualitas.
2.4 Strategi dan Model Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia
Ada beberapa model atau strategi dalam kaitannya dengan upaya pemberdayaan
karyawan, antara lain :
1. Strategi pemberdayaan karyawan dengan penerapan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan level kematangan pengikut yaitu Model
kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Model ini mengungkap
kan bagaimana pemimpin berupaya untuk meningkatkan level “kematangan’ yaitu
“kemampuan” dan “kemauan” karyawan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan yang
dibebankannya. Model ini mengemukakan bahwa untuk meningkatkan level kematangan
seseorang adalah dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan level
kematangan orang tersebut. Ada empat gaya kepemimpinan yang diyakini oleh
Hersey dan Blanchard mampu mengatasi persoalan karyawan yaitu meningkatkan level
kematangan bawahan (= terberdayanya karyawan), jika diterapkan secara konsisten
sesuai denganlevel kematangan pengikut.
2. Sharafat khan menawarkan suatu model pemberdayaan yang
merupakan serangkaian proses yang dilakukan secara bertahap. Model tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Desire. Tahap pertama dalam model empowerment adalah adanya
keinginan dari manajemen untuk mendelegasikan dan melibatkan pekerja. Yang
termasuk hal ini antara lain :
ü
Pekerja diberi kesempatan untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang
berkembang.
ü
Memperkecil directivepersonality dan memperluas
keterlibatan pekerja.
ü
Mendorong terciptanya perspektif baru dan memikirkan kembali strategi
kerja.
ü
Menggambarkan keahlian team dan melatih karyawan untuk menguasai sendiri
(self – control )
b. Trust. Setelah adanya keinginan dari manajemen untuk melakukan pemberdayaan,
langkah selanjutnya adalah membangun kepercayaan antar manajemen dan
karyawan. Adanya saling percaya antara anggota organisasi akan tercipta
kondisi yang baik untuk pertukaran informasi dan saran tanpa adanya rasa
takut. Hal – hal yang termasuk dalam trust antara lain :
ü
Memberi kesempatan pada karyawan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
kebijakan.
ü
Menyediakan waktu dan sumber daya yang mencukupi bagi karyawan dalam
menyelesaikan kerja.
ü
Menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan kerja.
ü
Menghargai perbedaan pandangan dan menghargai kesuksesan yang diraih oleh
karyawan.
ü
Menyediakan akses informasi yang cukup.
c. Confident. Langkah
selanjutnya setelah adanya saling percaya adalah menimbulkan rasa percaya
diri karyawan dengan menghargai terhadap kemampuan yang dimiliki oleh karyawan.
Hal – hal yang termasuk tindakan yang dapat menimbulkan confident antara lain :
ü
Mendelegasikan tugas yang penting terhadap karyawan.
ü
Menggali ide dan saran dari karyawan.
ü
Memperluas tugas dan membangun jaringan antar departemen
ü
Menyediakan jadwal job instruction dan mendorong penyelesaian yang baik.
d. Credibility. Langkah keempat menjaga kredibilitas dengan penghargaan dan mengembangkan
lingkungan kerja yang mendorong kompetisi yang sehat sehingga tercipta
organisasi yang memiliki performance yang tinggi. Hal yang termasuk
credibility antara lain :
ü
Memandang karyawan sebagai partner strategis
ü
Peningkatan target di semua bagian pekerjaan
ü
Memperkenalkan inisiatif individu untuk melakukan perubahan melalui
partisipasi
ü
Membantu menyelesaikan perbedaan dalam penentuan tujuan dan priorotas
e. Accountibility Tahap dalam proses pemberdayaan selanjutnya adalah pertanggung jawaban
karyawan pada wewenang yang diberikan. Dengan menetapkan secara konsisten dan
jelas tentang peran, standar dan tujuan tentang penilaian terhadap kinerja
karyawan, tahap ini sebagai sarana evaluasi terhadap kinerja karyawan dalam
penyelesaian dan tanggung jawab terhadap wewenang yang diberikan. Hal yang
termasuk accountability antara lain :
ü
Menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja karyawan
ü
Memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang jelas
ü
Melibatkan karyawan dalam penentuan standar dan ukuran
ü
Memberikan saran dan bantuan kepada karyawan dalam menyelesaikan beban
kerjanya
ü
Menyediakan periode dan waktu pemberian feedback
f. Communication. Langkah terakhir adalah adanya komunikasi yang terbuka
untuk menciptakan saling memahami antar karyawan dan manajemen. Keterbukaan ini
dapat diwujudkan dengan adanya kritik dan saran terhadap hasil dan prestasi
yang dilakukan pekerja. Hal yang termasuk dalam communication antara lain
:
ü
Menetapkan kebijakan open door communication
ü
Menyediakan waktu untuk mendapatkan informasi dan mendistribusikan
permasalahan secara terbuka
ü
Menciptakan kesempatan untuk cross – training
2.5
Tujuan
Pemberdayaan SDM
Sebagaimana diketahui bahwa sumber dari sumber‑sumbe (Resources) yang
ada dalam manajemen, keberadaan SDM dalam manajemen sungguh sangat strategis
bahkan merupakan kunci untuk keberhasilan manajemen dalam rangka pelaksanaan
berbagai aktifitas untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan. Hal ini dapat
dimaklumi karena betapapun ketersediaan dan kelengkapan sumber‑sumber lainnya
hanya dapat bermanfaat, apabila sumber‑sumber tersebut diberdayakan oleh Sumber
Daya Manusia yang tepat dan handal. Oleh karena itu tidak mustahil
bahwa usaha pencapaian tujuan organisasi
menjadi tidak efisien dan tidak efektif karena daya dalam Surnber Daya
Manusia tidak menunjukkan dan tidak menggambarkan sebagaimana diharapkan.
Artinya daya yang bersumber dad manusia berupa tenaga atau kekuatan yang ada
pada diri manusia itu sendiri tidak mampu memberdayakan sumber‑sumber
lainnya (Non Human Resources) sehingga tidak memberi
manfaat/hasil dalam suatu organisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka
tujuan Pemberdayaan SDM adalah terwujudnya SDM yang mempunyai
kemampuan (competency) yang kondusif, adanya wewenang (authority) yang
jelas dan dipercayai serta adanya tanggung jawab (responsibility) yang
akuntabel dalam rangka pelaksanaan misi organisasi.
2.6 Keyakinan Dasar yang Melandasi Pemberdayaan Karyawan
Pemberdayaan karyawan hanya akan terwujud jika
dilandasi oleh tiga keyakinan dasar berikut ini:
a. Subsidarity.
Prinsip subsidiarity mengajarkan
bahwa badan yang lebih tinggi kedudukannya tidak boleh mengambil tanggung jawab
yang dapat dan harus dilaksanakan oleh badan yang berkedudukan lebih
rendah. Dengan kata lain, mencuri tanggung jawab orang merupakan suatu kesalahan
karena keadaan ini akhirnya menjadikan orang tersebut tidak terampil.
b. Karyawan pada dasarnya baik.
Inti pemberdayaan karyawan adalah
keyakinan bahwa orang pada dasarnya baik. Pemberdayaan karyawan dapat dipandang
sebagai pemerdekaan, karena dengan pemberdayaan, manajer tidak lagi menggunakan
pengawasan, pengecekan, verifikasi, dan mengatur aktivitas orang yang bekerja
dalam organisasi. Manajer melakukan pemberdayaan dengan memberikan pelatihan
dan teknologi yang memadai kepada karyawan, memberikan arah yang benar, dan
membiarkan karyawan untuk mengerjakan semua yang dapat dikerjakan oleh mereka.
c. Trust-based relationship.
Pemberdayaan karyawan menekankan
aspek kepercayaan yang diletakkan oleh manajemen kepada karyawan. Dari pemberdayaan
karyawan, hubungan yang tercipta antara manajemen dengan karyawan adalah
hubungan berbasis kepercayaan (trust-based relationship) yang diberikan
oleh manajemen kepada karyawan, atau sebaliknya kepercayaan yang dibangun oleh
karyawan melalui kinerjanya. Dalam pendelegasian wewenang, manajer tingkat atas memiliki wewenang karena
posisinya (position-based power) dan kemudian
mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajer yang lebih rendah posisinya. Manajer yang lebih rendah ini
juga menerima wewenang karena posisinya, sehingga dia pun memperoleh position-based power. Sedangkan
di dalam pemberdayaan karyawan, karyawan memperoleh wewenang bukan berdasarkan
posisinya, namun karena kinerjanya (performance-based power). Tanpa
kinerja, karyawan tidak akan mampu menumbuhkan kepercayaan dalam diri
manajemen, sehingga trust-based relationship tidak akan dapat
terwujud.
2.7 Langkah-langkah Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia
Dalam memberdayakan karyawan,
langkah-langkah yang ditempuh adalah :
a.
Mengembangkan
pemahaman secara menyeluruh terhadap program empowerment. Yang diperoleh dari berbagai sumber literature maupun dari para ahli yang
berkompeten dalam bidang empowerment.
Karena semakin banyak referensi yang diperoleh, semakin baik sebagai bahan
pertimbangan manajemen. Untuk mendukung efektivitas program pemberdayaan yang
dilakukan oleh manajemen, harus mengetahui peralatan lain yang digunakan untuk
mendukung empowerment antara lain
penentuan jangka anjang, penggunaan sofware,
dan penentuan anggaran.
b.
Membuat daftar
kegiatan/kesempatan yang dapat mendukung pemberdayaan. Dari berbagai kegiatan
yang ada dalam organisasi yang dianggap mendukung proses pemberdayaan dan
dibutuhkan peningkatan karyawan. Kegiatan itu disosialisasikan kepada seluruh
anggota organisasi untuk menghindari penolakan dari karyawan.
c.
Menyeleksi
berbagai macam kegiatan yang mempunyai kesempatan yang lebih signifikan untuk
sukses dan mempunyai risiko yang minimal. Kegiatan itu mempunyai bobot pengaruh
yang signifikan dan mempunyai nilai pengaruh yang dalam penciptaan nilai tambah
operasionalisasi kegiatan usaha.
d.
Memberi
pengertian kepada karyawan agar memahami job
expectations dan metrik. Setiap karyawan hendaknya mengetahui tentang
harapan apa yang akan didapat jika ia melaksanakan kerja dan tanggung jawab
yang diberikan untuk meningkatkan performance-nya.
e.
Menetapkan
prosedur follow-up untuk sharing kemajuan kepada setiap pekerja
secara individual dan kelompok. Setelah dilakukan training, maka dibutuhkan follow-up
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh. Sharing idea terhadap keberhasilan orang
lain karena diharapkan mampu memacu karyawan untuk lebih kreatif dan terdorong
untuk melakukan hal yang sama dengan keberhasilan yang lain.
f.
Menciptakan,
menjaga, dan meningkatkan saling percaya. Kepercayaan merupakan hal yang
penting untuk membentuk llingkungan yang memberdayakan. Seorang pimpinan yang
percaya terhadap bawahannya tanpa ragu-ragu untuk mendelegasikan berbagai tugas
yang cukup penting. Dengan saling percaya, akan mendorong mengungkapkan
berbagai permasalahan yang dihadapi sebagai bahan pertimbangan pimpinan.
g.
Menilai kemajuan
yang diperoleh dari program pemberdayaan. Evaluasi merupakan proses yang
penting untuk mengukur tingkat keberhasilan yang telah diperoleh dan
mengevaluasi faktor-faktor yang menjadi penghambat atau faktor kegagalan proses
pemberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Atmosudirjo, Prajudi.
( 1974) Dasar-Dasar Administrasi Manajemen Jakarta LAN.
Maslow, Abraham, H.
(1970) Motivation and Personality/ New York : Harper and Row Publishers.
Moekijat, ( 1990 ),
Asas-asas Perilaku Organisasi, Mandar Maju, Bandung.
……….., (1995),
Manajemen Personalia dan Manajemen Sumberdaya Manusia, Mandar Maju, Bandung.
Salusus.J. (2000).
Pengambilan Keputusan Strategi. Untuk Organisasi Publik
dan Organisasi Non Publik, PT. Grasindo, Jakarta.
Sutarto, ( 1995 ),
Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Gaja Mada University Press, Yogyakarta.
Thoha, Miftah. ( 1995
) Kepemimpinan dalam Manajemen. Penerbit, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip