MOTIVASI PEGAWAI, TUJUAN MOTIVASI, DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai seorang
individu, pegawai juga mempunyai sesuatu yang utama mengenai perilaku, sikap,
tabiat dan kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan berkembang yang dibentuk oleh
kondisi lingkungan dan pengalaman-pengalaman di tempat kerja. Tujuan organisasi
akan sulit dicapai, bila para pegawai tidak mau menggali potensi yang ada dalam
dirinya untuk bekerja semaksimal mungkin. Dengan kata lain, pemberian motivasi
oleh organisasi adalah agar pegawai tetap bekerja dengan baik dan selalu
memberikan prestasi yang terbaik bagi organisasi.
Menjadi kewajiban
dari setiap pemimpin mendorong dan memotivasi setiap bawahannya untuk
berprestasi. Faktor-faktor eksternal pada setiap pegawai dapat diketahui atau
dipahami oleh pimpinan dengan mempengaruhi, memotivasi, mengarahkan,
berkomunikasi dengan pegawai dan dengan memilih berbagai sarana atau alat yang
sesuai dengan pegawai tersebut, akan sangat mempengaruhi efektivitas pimpinan.
Dengan demikian,
pimpinan merupakan bagian sentral. Seorang manajer dituntut memiliki
keterampilan dalam menggerakkan pegawainya untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi merupakan tempat bagi kegiatan pencapaian tujuan yang telah
disepakati bersama yaitu beberapa orang terhimpun dan saling terikat dalam suatu
struktur hubungan atasan bawahan.
Pada prinsipnya daya
dorong bagi sebagian pegawai tidak ada yang sama atau berbeda-beda dari masa ke
masa. Dengan kata lain, teori motivasi yang disusun oleh para pakarnya tidak
satu pun yang diangkat menjadi batasan universal yang sapat diterima secara umum.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan pembahasan motivasi kerja
pegawai ini dengan menggunakan pendekatan sistematik (system approach) yang digunakan sebagai sub judul dalam tulisan ini
sebagai sebuah pemikiran atau sebagai kerangka berpikir untuk mempelajari
materi motivasi kerja.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari motivasi?
2. Apa tujuan dari motivasi kerja?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi kerja?
4. Bagaimana harapan karyawan dan teknik
dalam pemberian motivasi kerja?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar
mahasiswa mempelajari dan mengetahui tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia
Melalui Motivasi Kerja. Selain itu juga tujuan penulisan makalah ini sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia agar terlaksana
tujuan pendidikan yang diharapkan.
1.4
Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan dari uraian-uraian
yang terdapat pada rumusan masalah, makalah ini dituangkan dalam sistematika
penulisan yang meliputi pendahuluan, isi, atau pembahasan, dan penutup /
kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi
Dalam istilah
motivasi tercakup berbagai aspek tingkah manusia yang mendorongnya untuk
berbuat atau tidak berbuat. Namun dalam uraian berikut, motivasi berarti
pendorong manusia untuk bertindak dan berbuat. Sedangkan pengertian motivasi
dalam kehidupan kita sehari-hari, motivasi diartikan sebagai keseluruhan proses
pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka bersedia
bekerja dengan rela tanpa dipaksa (Saydam, 2000:326). Organisasi akan berhasil
melaksanakan program-programnya bila orang-orang yang bekerja dalam organisasi
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan bidang dan tanggung
jawabnya masing-masing. Dalam melaksanakan tugas tersebut, para pegawai perlu
diberikan arahan dan dorongan sehingga potensi yang ada dalam dirinya dapat
diubah menjadi potensi yang menguntungkan organisasi.
Dalam pemberian motivasi sebenarnya terkandung makna bahwa setiap
manusia perlu diperlakukan dengan segala kelebihan, keterbatasan dan
kekurangan-kekurangannyaa (Saydam, 2000:327). Dalam melakukan pekerjaan,
seseorang berbuat tidak berbuat bukanlah semata-mata didorong oleh
faktor-faktor ration (pikiran), tetapi juga kadang-kadang dipengaruhi oleh
faktor emosi (perasaan). Oleh karena itu, faktor-faktor ini perlu mendapat
perhatian dalam pemberian motivasi, supaya motivasi tersebut betul-betul
menjadi tepat sasaran. Selanjutnya, Rivai menyatakan:
“motivasi adalah
serangkaian sikap dan nilai-nilai yang memengaruhi individu untuk mencapai hal
spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan
suatu invisible yang memberikan
kekuatan untuk mendorong individu untuk bertingkah laku dalam mencapai tujuan.”[1]
Dengan demikian,
motivasi sebagai pendorong atau penggerak perilaku ke arah pencapaian tujuan
merupakan suatu siklus yang terdiri dari tiga elemen, yaitu adanya kebutuhan (needs), dorongan untuk berbuat dan
bertindak (drives), dan tujuan yang
diinginkan (gools). Dorongan tersebut
komponennya berupa arah perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).
Atas dasar uraian
diatas, berikut ini dikemukakan bahwa proses motivasi dimulai dari adanya
tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan (needs),
ini mengakibatkan munculnya dorongan untuk memenuhi kebutuhan tertentu yang
diinginkan. Kebutuhan adalah suatu keinginan yang kurang dirasakan oleh seorang
pegawai pada waktu tertentu. Gibson, et al. (1589:94) menyatakan kebutuhan
menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Dari
pernyataan ini dapat dikemukakan bahwa kebutuhan tersebut mungkin bersifat
fisiologis (kebutuhan sandang, pangan, papan), bersifat psikologis (kebutuhan
akan harga diri), atau sosiologis (kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain). Akibat kekurangan yang dirasakan karyawan, membuat karyawan berusaha
untuk memenuhinya.
Tugas pimpinanlah
untuk berusaha memahami jenis kebutuhan mana yang lebih menonjol dan paling
diinginkan oleh bawahan untuk mengarahkan perilakunya ke arah pencapaian tujuan
yang diinginkan. Hal ini dapat dipahami perbedaan individual dan latar belakang
individu, mengakibatkan perbedaan kebutuhan/keinginan yang paling diinginkan.
Proses motivasi dimulai dari adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi. Kebutuhan
yang tidak terpenuhi menyebabkan karyawan mencari jalan untuk berusaha memenuhi
kebutuhan, antara lain dengan memasuki organisasi baik organisasi pemerintah
maupun swasta. Di dalam organisasi, muncullah perilaku karyawan yang diarahkan
kepada perilaku untuk pencapaian tujuan. Kemudian, setelah beberapa waktu, para
atasan melakukan penilaian (evaluasi) perilaku karyawan, evaluasi prestasi
menghasilkan beberapa akibat, yaitu imbalan atau hukuman.
Hasil diatas dinilai
oleh karyawan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi ditinjau kembali, demikian
seterusnya proses motivasi ini berjalan mengikuti siklus arah jarum jam. Dengan
demikian, motivasi kerja adalah suatu yang menimbulkan semangat atau dorongan
dalam diri seseorang untuk mau bekerja dengan giat dan baik. Kuat atau lemahnya
motivasi kerja sangat ditentukan oleh terpenuhinya harapan-harapan, keinginan
atau kebutuhannya. Stoke (1966:92) dalam konsepnya mengemukakan:
“Motivasi kerja adalah sebagai pendorong bagi seseorang untuk melakukan
pekerjaannya dengan baik, juga merupakan faktor yang membuat perbedaan antara
sukses dan gagalnya dalam banyak hal dan merupakan tenaga emosional yang sangat
penting untuk sesuatu pekerjaan baru.”
Berdasakan
pengertian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa motivasi kerja adalah penggerak
atau pendorong dalam diri seseorang untuk mau berperilaku dan bekerja dengan
giat dan baik sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah diberikan kepadanya.
Ahli
manajemen yaitu Dharma mengemukakan sebagai berikut: “mengelompokkan teori
motivasi ke dalam dua sisi pandang, yaitu teori kepuasan, dan teori proses.”
Teori Kepuasan terdiri dari:
1.
Teori Hierarki
Kebutuhan dan Maslow (Maslow’s Need
Hierarchy Theory)
Menurut teori ini tingkah
laku manusia pada waktu tertentu diarahkan oleh kebutuhan paling kuat yang
muncul pada waktu itu. Ada lima tingkat kebutuhan manusia, dan bila tingkat
kebutuhan pertama belum terpenuhi, maka segala usaha manusia ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan itu lebih dahulu, itulah yang merupakan motivator aktif.
Bila kebutuhan tingkat pertama ini telah terpenuhi sampai batas tertentu,
barulah muncul kebutuhan tingkat kedua sebagai kebutuhan terkuat, dan ini pula
sekarang yang menjadi motivator aktif, sedangkan kebutuhan tingkat pertama
sudah terpenuhi tidak lagi menjadi motivator aktif. Begitulah seterusnya sampai
pada kebutuhan tingkat ketiga, tingkat keempat dan tingkat kelima.
Adapun jika diuraikan lima tingkatan kebutuhan
menurut Maslow adalah sebagai berikut: 1) kebutuhan yang bersifat fisiologis (physiological needs), 2) kebutuhan rasa
aman (safety needs), 3) kebutuhan
sosial (social needs) yang meliputi
kebutuhan perasaan diterima oleh orang lain, perasaan ingin dihormati, perasaan
maju dan tidak gagal, kebutuhan untuk ikut serta dalam organisasi, dsb. 4)
kebutuhan akan prestise (esteem needs)
yaitu kebutuhan akan status yang diduduki oleh seseorang, 5) kebutuhan
aktualisasi diri atau mempertinggi kapasitas kerja (self aktualization) yaitu kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas
mental karyawan melalui on the job training, seminar, lokakarya, dsb.
2.
Teori ERG dari
Alderfer (Alderfer’s ERG Theory)
Teori ini
mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama yaitu kebutuhan akan
keberadaan, kebutuhan akan afilliasi, dan kebutuhan akan kemajuan.
3.
Teori Motivasi
Prestasi dari Clelland
Lain lagi yang
dikemukakan oleh Clellan dalam teorinya Achievement Motivation. Clelland (dalam
Gibson, et al 1989:111) mengatakan:
“bahwa seorang
pekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung pada
dorongan motivasi, situasi, dan peluang yang ada. Kebutuhan pekerja yang dapat
memotivasi gairah kerja adalah kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan afiliasi
dan kebutuhan akan kekuasaan.”
Teori Proses terdiri dari:
1.
Teori Pengharapan (Expectancy Theory)
Vroom mengatakan
bahwa “seorang bekerja untuk merealisasikan harapan-harapan dari pekerjaan itu”.
Selanjutnya, Vroom mengatakan teori ini didasarkan pada tiga komponen utama,
yakni:
“a) Harapan
(expectency), adalah suatu kesempatan yang disediakan dan akan terjadi karena
berperilaku; b) Pertautan (instrumentality), yakni besarnya kemungkinan jika
bekerja secara efektif apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan yang
diharapkan; c) Valensi (valence),
yakni mencerminkan referensi-referensi pribadi.”
Dengan demikian,
dapat dikemukakan bahwa teori ini berpendapat pegawai akan termotivasi untuk
bekerja dengan giat dan baik, jika mereka yakin dari prestasinya mereka akan
mengharapkan imbalan yang besar. Seseorang mungkin melihat kemungkinan adanya
suatu imbalan, misalnya kenaikan gaji, pangkat, atau jabatan, jika pegawai
bekerja dengan giat. Kenaikan gaji, pangkat atau kenaikan jabatan inilah yang
menjadi perangsang (stimulus) pegawai dalam bekerja giat.
2.
Teori Pembentukan
Perilaku
Teori pembentukan
perilaku berasumsi bahwa perilaku pegawai dapat dibentuk dan diarahkan ke
aktivitas pencapaian tujuan. Skinner mengemukakan pendapat bahwa teori
pembentukan perilaku sering disebut dengan istilah-istilah lain, seperti
Behavioral Modification, Positive Reinforcement, dan Skinnerian Conditioning.
Pendekatan perilaku ini didasarkan atas hukum pengaruh (law effect), yaitu perilaku yang diikuti konsekuensi pemuasan
cenderung diulang, sedangkan perilaku dengan konsekuensi hukuman tidak akan
diulang. Perilaku pegawai di masa yang akan datang dapat diperkirakan dan
dipelajari berdasarkan pengalaman-pengalaman di waktu lalu. Menurut teoei ini,
perilaku pegawai dipengaruhi kejadian-kejadian atau situasi masa lalu. Apabila
konsekuensi perilaku tersebut positif, maka pegawai akan memberikan tanggapan
yang sama terhadap situasi yang lama, tetapi apabila konsekuensi itu tidak
menyenangkan, maka pegawai cenderung mengubah perilakunya untuk menghindar dari
konsekuensi tersebut.
3.
Teori Keadilan
(Equity Theory)
Teori motivasi
keadilan didasarkan pada asumsi bahwa pegawai akan termotivasi untuk bekerja
dengan giat, apabila ia diperlakukan secara adil dalam pekerjaannya. Dharma
menyatakan:
“Keadilan adalan
suatu yang muncul dalam pikiran seseorang jika ia merasa bahwa rasio antara
usaha dan imbalan adalah seimbang dengan rasio seseorang yang dibandingkan.
Keridakadilan akan ditanggapi dengan bermacam-macam perilaku yang menyimpang
dari aktivitas pencapaian tujuan misalnya menurunkan prestasi, mogok, malas,
dan sebagainya.”
Inti dari teori
keadilan adalah pegawai akan membandingkan usaha mereka terhadap imbalan yang
diberikan dengan imbalan yang diterima oleh pegawai lainnya dalam situasi kerja
yang relatif sama. Selain itu juga membandingkan imbalan dengan pengorbanan
yang diberikan. Apabila mereka telah mendapatkan keadilan dalam bekerja, mereka
akan termotivasi untuk meningkatkan hasil kerjanya.
Kelemahan teori ini,
terletak padak ketidakjelasan mengenai orang yang dijadikan pembanding. Apakah
orang yang dijadikan pembanding itu berada pada organisasi yan sama atau
pembanding tersebut berganti selama masa karier kerja yang bersangkutan.
2.2 Tujuan Motivasi Kerja
A. Tujuan Motivasi Kerja
Berkaitan
dengan bahasan tentang tujuan motivasi kerja ini, berikut ini dikemukakan pendapat
seorang ahli di bidang manajemen. Saydam mengemukakan sebagai berikut.
“Pada
hakikatnya tujuan pemberian motivasi kerja kepada para karyawan adalah untuk:
a) mengubah perilaku karyawan sesuai dengan keinginan perusahaan; b)
meningkatkan gairah dan semangat kerja; c) meningkatkan disiplin kerja; d)
meningkatkan prestasi kerja; e) meningkatkan rasa tanggung jawab; f)
meningkatkan produktivitas dan efisiensi; dan g) menumbuhkan loyalitas karyawan
pada perusahaan.” [2]
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, berikut ini dikemukakan tujuan pemberian motivasi
kerja kepada karyawan adalah untuk mengubah perilaku karyawan sesuai dengan
keinginan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, berikut dapat dikemukakan
bahwa dalam pemberian motivasi, sebenarnya terkandung makna bahwa setiap
pegawai perlu diperlukan dengan segala kelebihan, keterbatasan, dan
kekurangan-kekurangannya. Menjadi salah satu tugas pimpinan perusahaan untuk
dapat memberikan motivasi (dorongan) kepada bawahannya agar dapat bekerja
sesuai dengan pengarahan yang diberikan. Oleh sebab itu pengetahuan tentang
motivasi perlu diketahui oleh setiap pimpinan, setiap orang yang bekerja dengan
orang lain.[3]
Dalam melakukan pekerjaan, seorang pegawai berbuat atau tidak berbuat bukanlah
semata-mata dodorong oleh faktor-faktor ratio
(pikiran), tetapi juga kadang-kadang dipengaruhi oleh faktor emosi (perasaan).
Oleh karena itu, faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian dalam pemberian
motivasi, supaya motivasi itu betuk-betul tepat sasaran. Jadi, perubahan perilaku
disini adalah perilaku kerja, dalam arti bahwa pemberian motivasi kepada para
pegawai, agar mereka tetap bersedia melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
kecakapan yang mereka miliki.
Oleh
karena itu, diharapkan mereka bukan saja asal mau bekerja, tetapi yang
terpenting adalah pekerjaan itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
organisasi. Selanjutnya, tujuan pemberian motivasi adalah meningkatkan gairah
dan semangat kerja. Artinya segala permasalahan manusia hanya dapat
diselesaikan oleh manusia pula dengan menggunakan data dan lata-alat
kemanusiaan. Pada dasarnya kondisi mental dan perilaku baik atau buruknya
karyawan dapat menyebabkan permasalahan-permasalahan dalam pekerjaan. Tingkat semangat kerja pegawai
dapat di lihat dari tingkat kehadiran, kegelisahan kerja, tingkat perpindahan,
dan banyak tuntutan kerja pegawai.[4]
Perhatian
serta perlakuan terhadap unsure kemanusiaan dalam pekerjaan lebih menuntut
pemecahan yang tinggi daripada pengoperasian perangkat-perangkat canggih
sekalipun. Tujuan pemberian motivasi kepada para karyawan berikutnya adalah
meningkatkan disiplin kerja, hal ini dimaksudnkan bahwa disiplin kerja pegawai
dapat ditumbuhkan karena motivasi yang diberikan organisasi atau pimpinan pada
diri pegawai tersebut. Dengan demikian, pimpinan organisasi sebelum memberikan
motivasi kepada pegawainya, harus terlebih dahulu memahami apa yang menjadi
motif pegawai sehingga mau bekerja dengan baik. Apa yang mendorong supaya
pegawai bersedia memberikan waktunya, tenaganya, dan pikirannya untuk
melaksanakan pekerjaan dalam organisasi yang menjadi tempat kerjanya. Diketahui
bahwa tidak semua pimpinan mampu atau berhasil dalam melakukan pemberian
motivasi kepada pegawainya.
Selanjunya
yang keempat tujuan pemberian motivasi kepada pegawai adalah menigkatkan
prestasi kerja. Pegawai sebagai manusia, tentunya mempunyai keinginan atau
dambaan untuk berprestasi, inilah yang dapat mendorong pegawai yang
bersangkutan melakukan pekerjaan. Dengan prestasi kerja yang dicapai akan
menimbulkan sikap positif, sikap yang selalu ingin melakukan pekerjaan dengan
penuh tantangan. Sebaliknya, jika seseorang pegawai gagal meraih prestasi, akan
menimbulkan frustasi dan tidak puas dalam dirinya. Oleh karena itu, pimpinan
harus selalu mencoba mendorong bawahannya agar mempunyai prestasi kerja yang
baik untuk kepentingan dirinya maupun untuk kepentingan organisasi atau
perusahaan tertentu dalam usaha meningkatkan produktivitas.
Tujuan
pemberian motivasi yang selanjutnya adalah meningkatkan rasa tanggungjawab,
dalam kaitan ini dapat dikemukakan bahwa seorang pegawai yang bekerja dalam
organisasi pada suatu waktu ingin dipercaya memegang tanggungjawab yang lebih
besar. Tanggung jawab tersebut bukan saja atas hasil pekerjaan yang baik,
tetapi juga tanggung jawab berupa kepercayaan yang diberikan sebagai orang yang
mempunyai potensi. Dalam tanggung jawab ini tercakup pengertian apa yang
disebut sense of participation dan sense of belong. Setiap pegawai ingin
diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang mempunyai potensi. Pengakuan
ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan siap untuk memikul tanggung jawab
yang lebih besar dalam unit kerja atau dalam kelompoknya. Bentuk tanggung jawab
yang banyak diberikan organisasi kepada pegawainya antara lain adalah membentuk
gugus dalam meningkatkan mutu kualitas kerja.
Tujuan
pemberian motivasi selanjutnya adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Dalam kaitan ini dapat dikemukakan bahwa tidak ada pegawai yang senang bekerja
di tempat yang membosankan, meresahkan, serta yang membahayakan kondisi jiwa.
Kondisi tempat kerja akan menentukan gairah kerja para pegawai. Jika kondisinya
menyenangkan, interaktif, sejuk, tidak bising akan menimbulkan para pegawai
semangat dalam bekerja tapi sebaliknya jika bising, membosankan, pengap dapat
menurunkan kinerja pegawai yang nantinya mneurunkan produktivitas dan
efiektivitas organisasi.
Tujuan
pemberian motivasi selanjutnya adalah menumbuhkan loyalitas karyawan pada
perusahaan atau organisasi. Motivasi merupakan modal utama timbulnya loyalitas
pegawai terhadap organisasi. Jika motivasi lemah, maka loyalitas juga akan
merosot begitu sebaliknya jika motivasi tinggi maka loyalitas pegawai juga akan
tinggi. Motivasi erat kaitannya dengan loyalitas pegawai terhadap organisasi.
Ada berbagai sebab rendahnya loyalitas pegawai, antara lain:
1) Rendahnya motivasi kerja
2) Struktur organisasi kurang jelas
3) Rancangan pekerjaan kurang baik
4) Rendahnya kualitas manajemen
5) Rendahnya kemampuan kerja atasan
6) Kurang terbukanya kesempatan untuk
mengembangkan karier
7) Sistem kompensasi yang kurang menjamin
ketenangan kerja
8) Waktu kerja yang kurang fleksibel
2.3 Faktor-faktor Motivasi Kerja
Berkaitan
dengan bahasan tentang factor-faktor motivasi kerja ini, berikut dikemukakan
beberapa pendapat dari para ahli dibidang manajemen sumber daya manusia. Saydam
mengemukakan sebagai berikut: “motivasi sebagai proses psikologis dalam diri
seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa factor. Factor-faktor tersebut dapat
dibedakan atas:
1. Factor intern yang terdapat pada diri
karyawan itu sendiri
2. Factor ekstern yang berasal dari luar
diri karyawan
Berdasarkan
uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa factor intern yang terdapat pada diri
karyawan itu sendiri misalnya dapat terlihat pada sering resahnya atau
bergejolaknya pegawai. Akhir-akhir ini banyak terjadi pergolakan pegawai
diberbagai instansi. Munculnya unjuk rasa, pemogokan, dan lain-lain. Semua ini
telah menunjukan terjadinya ketidak seimbangan dan ketidak harmonisan hubungan
kerja antara organisasi dengan pegawainya.
Ketidak
harmonisan tersebut merupakan gambaran adanya sesuatu yang tidak beres dalam
organisasi, yaitu adanya rasa ketidak puasan pegawai terhadap perlakuan buruk
pimpinan organisasi. Bila organisasi tetep konsisten memperlakukan pegawai
dengan baik, memberikan hak-hak mereka dengan baik, tentu tidak timbul
keresahan demikian yang bisa menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak. Oleh
karena itu, organisasi harus dapat menciptakan kepuasan kerja bagi pegawainya dengan
tetap memberikan segala hak-hak mereka sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Begitu pula, dengan ketidakpuasan tersebut akan menimbulkan stress atau tekanan
batin dan goncangan mental yang besar bagi para pegawai. Selanjutnya, dari sisi
lain dapat dikemukakan bahwa factor intern yang mempengaruhi pemberian motivasi
pada seseorang tersebut antara lain: kematangan pribadi, tingkat pendidikan,
keinginan dan harapan pribadi, kebutuhan, kelemahan dan kebosanan, dan kepuasan
kerja[5]
Kematangan
pribadi seseorang amat berpengaruh pada motivasi dalam melaksanakan pekerjaan. Orang
bersifat egois dan kemanja-manjaan biasanya akan kurang peka dalam menerima
motivasi yang diberikan, sehingga agak susah bekerja sama dalam membuat pretasi
kerja. Mungkin saja ia dapat dan mampu bekerja sendiri, tetapi belum tentu
cocok bila yang bersangkutan berdampingan dengan orang lain dalam memproses
hasil akhir. Sebaliknya, orang yang tingkat kematangan pribadinya lebih tinggi,
akan lebih mudah termotivasi, bahkan tanpa dimotivasi pun yang bersangkutan mau
bekerja tekun dengan membuat prestasi.
Seorang
pegawai yang mempunyai pendidikan lebih tinggi biasanya akan lebih mudah
termotivasi, Karena ia sudah mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
dibandingkan dengan pegawai yang berpendidikan rendah. Dengan pengetahuan dan
wawasan lebih luas itu, ia akan lebih mudah mengerti dan memahami serta
mengantisipasi perkembangan organisasi dan tahu apa yang dibutuhkan organisasi
pada dirinya.
Seseorang
mau bekerja keras bila ada keinginan dan harapan pribadi yang hendak diwujudkan
menjadi kenyataan ia akan dapat bekerja lebih optimal bila keinginan dan
harapannya itu dapat dipenuhi.
Selanjutnya,
kelelahan serta kebosanan juga merupakan factor yang mempengaruhi semangat dan
kegairahan kerja seseorang. Berkurangnya semangat dan kegairahan kerja akan
mengurangi tingkat prestasi yang dapat dicapai seseorang dalam melakukan
pekerjaan. Karyawan yang berada pada tingkat kelemahan dan kebosanan, akan
memperlihatkan gejala-gejala turunnya produktivitas kerja dan mulai terjadi
berbagai kesalahan dalam bekerja. Semua ini muncul akibat konsentrasi fisik dan
pikiran yang sudah menurun, dan tidak mungkin dapat menerima motivasi lagi.
Menurut hasil penelitian para ahli, terdapat berbagai penyebab kelelahan dan
kebosenan dalam melakukan pekerjaan. Hal tersebut dapat bersumber antara lain
dari factor makanan dan minuman yang tidak teratur, gizi, dan kesehatan, rokok
dan alcohol, kondisi lingkungan kerja yang buruk, metode kerja yang kaku,
suasana kerja yang penuh konflik, lamanya kerja tanpa istirahat, dan pekerjaan
yang monoton tanpa variasi. Sedangkan cara terbaik untuk mengatasi kelelahan
dan kebosanan adalah dengan motivasi berupa pemberian waktu istirahat yang
cukup, menghindari mereka dari bekerja secara rutin, tetapi melakukan
pergiliran dalam melakukan tugas, memperbaiki lingkungan kerja yang buruk
dengan menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan, memperbaiki hubungan
kerja kea rah yang lenih harmonis dan bersahabat, serta mengusahakan terpenuhinya
kebutuhan jasmani dan rohani dalam bekerja.
Kepuasan
kerja merupakan kondisi lahir dan batin seseorang dalam melakukan pekerjaan.
Walaupun kadar kemampuan kerja tersebut berbeda-beda untuk setiap orang, tetapi
pada dasarnya ada hal-hal umum yang harus dipenuhi untuk terdapatnya kepuasan
kerja bagi para pegawai. Pada umumnya, seorang pegawai akan dapat merasa puas
apabila dalam pekerjaannnya terdapat kesempatan memperoleh umpan balik tentang
hasil pekerjaan yang tekah dilakukan.
Sedangkan
factor ekstern yang berasal dari luar diri karyawan juga dapat mempengaruhi
motivasi. Factor lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana
kerja yang ada disekitar pegawai yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.
Lingkungan
kerja tersebut meliputi tempat bekerja, fasilitas, dan alat bantu pekerjaan,
kebersihan, penerangan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara
orang-orang yang ada ditempat kerja. Tempat kerja yang baik dan bersih,
mendapat cahaya yang cukup, bebas dari kebisingan dan gangguan, jelas akan
memberikan motivasi bagi pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Tetapi
lingkungan kerja yang buruk, kotor, gelap, pengap, lembab dan sebaiknya, akan
menimbulkan cepat lelah dan menurunkan daya kreativitas. Oleh sebab itu,
pimpinan organisasi yang mempunyai kreativitas tinggi, akan dapat menciptakan
lingkungan kerja yang menyenangkan bagi pegawai. Terkait dengan bahasa tentang
factor-faktor motivasi tersebut, berikut dikemukakan pendapat dari beberapa
ahli dibidang motivasi ini.
Faustino
(2003:180-181) mengemukakan sebagai berikut : “ motivasi seorang pekerja untuk
bekerja biasanya merupakan hal yang rumit, karena motivasi ini melibatkan
faktor-faktor organisasional, yang
tergolong pada faktor-faktor yang
sifatnya individual adalah kebutuhan (needs),
tujuan (goals), sikap (attitudes), dan kemampuan (abilities). Sedangkan yang tergolong
pada faktor-faktor yang berasal dari organisasi meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesame pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job it self).”
2.4
Penerapan Karyawan dan Teknik Pemberian
Motivasi Kerja
A. Harapan Karyawan Terhadap Pemberian Motivasi Kerja
Berkaitan dengan bahasan
tentang harapan karyawan terhadap pemberian motivasi kerja tersebut, berikut
dikemukakan pendapat ahli dibidang manejemen. Saydam (2000:390-391)
mengemukakakn sebagai berikut:
1) Jenis dan sifat pekerjaan yang
menantang
2) Lingkungan pekerjaan yang menyenangkan
3) Adanya kesempatan berpartisipasi
4) Hubungan kerja yang harmonis
5) Penghargaan atas prestasi
6) Penerapan disiplin kerja yang tidak kaku
7) Tingkat kompetisi yang memadai
Berdasarkan uraian
tersebut diatas, berikut dikemukakan bahwa pekerjaan yang menantangg merupakan
dambaan setiap orang. Karena pekerjaan
yang menantang dapat memberikan motivasi untuk melakukan kerja yang serius dan
menggali potensinya dalam menyeleaikan pekerjaan tersebut. Pegawai yang
potensial biasanya suka melakukan pekerjaan yang menantang kemampuasn fisik dan
mental yang optimal untuk melakukan kerja tersebut. Dan jika pekerjaan tersebut
diselesaikan dengan baik maka akan tercipta rasa kepuasan yang sukar
diceritakan kepada orang lain. Oleh sebab itu pemimpin organisasi harus memberikan
pekerjaan yang menantang sehingga tujuan organisasi cepat tercapai. Lingkungan
kerja yang diharapkan yaitu lingkungan yang baik lahir dan mental.
Setiap pegawai
adalah manusia biasa yang memerlukan kebersihan, kenyamanan, indah, tidak
bising, aman, pencahayaan yang cukup.
Hal tersebut adalah harapan setiap pegawai. Seorang pemimpin akan
berhasil lebih tepat dalam tugas bila ia mampu meningkatkan partisipasi
bawahannya. Dalam kesempatan ini juga para pegawai diberi peluang untuk
menyampaikan usul-usul, gagasan yang dapat dijadikan bahan sebagi bahan pembuat
keputusan oleh pemimpin. Dengan memintanya keputusan bawahan dalam membuat
keputusan, maka rasa tanggung jawab mereka untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut semakin besar, dibandingkan dengan mereka yang hanya dianggap sebagai
pelaksana saja.
Selanjutnya, untuk
meningkatkan partisipasi pegawai dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1) Mengikutsertakan mereka dalam pengambilan keputusan
2) Meminta tanggapan atas program yang telkah disusun
3) Menginformasikan imbal balik atas pekerjaan yang mereka lakukan
4) Meningktkan pelimphan pekerjaan dalam bidang masing-maing
5) Memberi kesempatan kepada mereka untuk memiliki saham dalam
perusahaan (perusahaan swasta)
Nitisemito mengemukaan pendapatnya sebagai berikut :
“Ada beberapa
keuntungan yang dapat diraih organisasi dengan partisipasi pegawai antara lain.
a) Dapat informasi yang berharga yang dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan, b) Kesalahpahaman dalam menafsirkan suatu keputusan dapat
diperkecil, c) Konsep yang disusun dapat mendekati kebenaran dilapangan, dan d)
Para pegawai merasa komit dengan keputusan yang akan dijalankan.”
Selanjutnya,
hubungan kerja dalam kelompok organisasi perlu dibina dengan baik, baik antara
para pegawai maupun antara atasan. Hubungan kerja ini dapat dicapai melaui
dengan berbagi cara antara lainmelaui upacara upacara resmi, mengadakan
pertandingan olahraga, memberikan fasilitas seperti seragam, melakukan rekreasi
atau buka puasa bersama serta mencitakan kegiatan pengendalian mutu terpadu
(PMT) atau gugus kendali mutu dalam unit kerja. Pemberian penghargaan atas
kerja yang dilakukan oleh pegawai dan diberikan secara tulus oleh perusahaan
atas keberhasilan tugas yang telah dilakukan. Dengan memberikan penghargaan
atas prestasi yang diraih pegawai maka organisasi mendorong setiap pegawai unuk
mencapai prestasi, sesuai dengan bidang masing-masing. Selanjutnya bagaimana
harapan pegawai terhadap penerapan disiplin kerja.
Penerapan disiplin
kerja yang fleksibel dapat memberi motivasi untuk bekerja denga lebih giat.
Berikutnya mengapa tingkat kompensasi dapat memberikan motivasi yang baik,
karena kompensasi yang baik dapat memberikan dampak semangat kerja yang baik
serta kompensasi tersebut merupakan harapan pegawai. Jika kompensasi terssebut
tidak sesuai dengan harapan pegawai maka akan menimbulkan keresahan didalam
diri pegawai yang berujung pada sikap pemogokan dan unjuk rasa. Apa kaitan
antara motivasi dengan loyalitas, berikut dikemukakan bahwa motivasi merupakan
modal utama untuk timbulnya rasa loyalitas pegawai terhadap organisasi. Bila
motivasi rendah maka akan menyebabkan menurunnya tingkat loyalitas, karena pada
hakikatnya motivasi akan berbandung lurus dengan loyalitas pegawai. Dengan kata
lain loyalitas tidak dapat diwujudkan bila pegawai tidak mendapat metivasi
untuk bekerja giat dalam organisasi.
Selanjutnya, apa penyebab dari lemahnya loyalitas pegawai terhadap
organisasi? Berikut dikemukakan penyebabnya antara lain:
1) Rendahnya kualitas manajemen yang terlihat pada kurangnya perhatian
terhadap kepuasan masyarakat
2) Rendahnya motivasi pegawai dan fungsinya kabur
3) Rancangan pekerjaan yang kurang baiak sehingga dirasa kurang
menantang
4) Rendahnya kekmpuan kerja atasan, yang tidak dapat mendukung kerja
sama tim
5) Kurang terbukanya keempatan untuk mengembangkan karier
6) System kompensasi yang kurang menjamin ketenangan dan waktu kerja
yang kurang fleksibel
Untuk memperbaiki
atau meningkatkan loyalitas pegawai, dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut:
1) Mengkaji ulang seluruh pekerjaan dan menyusun ulang pekerjaan yang
benar
2) Pimpinan organisasi harus memperhatikan kepuasan setiap pegawai
3) Melibatkan pegawai dalam pelatihan sesuai dengan bidangnya
masing-masing
4) Meningkatkan kualitas system penilaian kinerja pegawai
5) Meningkatkan keterbukaan pengembangan karier
6) Penyempurnaan system kompensasi, sehingga mencerminkan keadilan
eksternal
B. Teknik Pemberian Motivasi Kerja
Berkaitan
dengan teknik pemberian motivasi kerja tersebut,berikut di kemukakan pendapat
ahli di bidang manajemen. Saydam mengemukakan: “Teknik pemberian motivasi kerja
adalah cara-cara atau kiat-kiat yang di anggap paling tepatuntuk memberikan
motivasi kerja, sehingga pegawai yang bersangkutan mau bekerja sesuai dengan
yang di harapkan organisasi.[6]
Teknik
tersebut bergantung pada kemampuan setiap pemimpin dan amat di tentukan oleh
kondisi dan situasi operasional di lapangan serta sasaran di berikan nya
motivasi itu sendiri. Oleh sebab itu setiap pimpinan akan melaksanakan teknik
motivasi yang berbeda satu sama lain.
Menurut Ranuandoyo mengemukakan tentang macam-macam teknik
pemberian motivasi yang dapat diberikan pada pegawai,yaitu:
1) Teknik motivasi positif merupakan
kegiatan pemberian motivasi kerja kepada para pegawai dengan cara mempengaruhi
mereka untuk melaksanakan pekerjaan. Teknik ini digunakan melalui pemberian
semua imbalan (reward) yang menguntungkan pegawai,sehingga dapat menimbulkan
gairah dan semangat kerja.
2) Teknik motivasi negative adalah
sebaliknya dari motivasi positif. Disini
para pegawai di pengaruhi untuk melaksanakan pekerjaan melalui
penggunaan kekuasaan (power) yang menakutkan pegawai. Motivasi berupa ancaman
dengan pemberian sanksi bagi siapa yang tidak mau bekrja dengan giat.
Dalam
situasi seperti ini semangat dan gairah kerja karyawan sangat menurun. mereka
bekerja hanya karena terpaksa, selama sumber ancaman ada, apabila sumber
ancaman tersebut sirna atau tidak ada, maka prestasi akan menurun lagi.
Perlu
di kemukakan bahwa teori yang membedakan manusia atas beberapa tipe itu adalah
tipe X dan teori Y nya Douglas McGregor. Ia mengatakan bahwa tingkat kematangan
manusia itu berbeda satu sama lain, sehingga pemberian motivasi kerja pun
berbeda satu sama lain. Suatu pemberian motivasi kepada seseorang mungkin
gagal, karena salah dalam memperhatikan tingkat kematangan masing-masing.
Menurut Wahjusumidjo ditinjau dari
tingkat kematangannya, para pegawai itu dapat dibedakan atas :
1) Pegawai masih mentah (pegawai belum
matang)
2) Pegawai sedikit matang
3) Pegawai yang cukup matang
4) Pegawai yang sudah matang (matured)
Pegawai mentah dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Belum mampu dalam bekerja
2) Tidak dapat di memotivasi diri sendiri
3) Enggan dan tidak mampu memikul tanggung
jawab
4) Pemberian motivasi harus di arahkan dan
di perintahkan.
5) Sangat memerlukan motivasi yang tinggi
Ciri-ciri penerapan teknik motivasi
positif terlihat pada adanya :
1) Pemberian erhatian yang tulus kepada
para pegawai sebagai individu.
2) Penghargaan terhadap prestsi yang di
lakukan
3) Pemberian informasi yang jelas tentang
tujuan pekerjaan dan umpan balik terhadap hasil pekerjaan
4) Persaingan sehat dalam berprestasi
5) Pemberian kesempatan untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
6) Pemberian kompensasi yang wajar keada
pegawai
7) Kesempatan untuk maju dan pengembangan
potensi diri.
Factor
yang mempengaruhi motivasi adalah kewibawaan (authority) iminan yang bersangkutan. Berhasil tidaknya seorang
pemimpin yang bersangkutan. Berhasil tidaknya seorang pimpinan dalam memberi
motivasi kepada bawahan, amat di pengaruhi oleh kewibawaan menurut French ada
lima macam power yaitu:
1) Legitimate
Power adalah kekuasaan formal yang dimiliki
oleh seorang pemimpin. Dengan kekuasaan itu ia dapat berbuat untuk menegakkan
kehendaknya terhadap para karyawan. Misalnya ia berhak memberikan teguran, hukuman,
dan sebagainya.
2) Coercive
Power (kekuasaan untuk memaksa) melalui cara
pemaksaan dan ancaman kepada karyawan,artinya dalam memberikan motivasi sang
pemimpin melakukan paksaan sesuai dengan kekuasaan yang ada padanya (teknik
pemberian motivasi negative)
3) Reward
Power kekuasaan untuk memberi
imbalan(Reward)pemimpin dapat memotivasi para karyawan dengan gaya gaya
pemberian imbalan.
4) Referent
Power adalah gaya kekuasaan seorang pemimpin
dalam memberikan motivasi bawahan,sehingga karyawan terdorong untuk
mengikutinya.
5) Expert
Power (kekuasaan yang dimiliki berdasarkan
keahlian) merupakan gaya pemberian motivasi oleh pemimpin dengan menggunakan
keahlian dan pengalamannya,sehingga para karyawan termotivasi untuk melakukan
pekerjaan. Pemimpin yang menggunakan keahlian ini biasanya di segani dan di
hormati oleh para bawahan dan dijadikan tempat bertanya dalam melakukan
pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Motivasi diartikan
sebagai keseluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada para
karyawan sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.
Teori-teori motivasi kerja yaitu teori kepuasan dan teori proses.
Tujuan dari motivasi
kerja terhadap para karyawan antara lain meningkatkan gairah dan semangat kerja,
meningkatkan kedislipinan, meningkatkan prestasi kerja, meningkatkan prestasi
kerja, meningkatkan loyalitas, dan meningkatkan produktivitas serta efisiensi.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi kerja yaitu faktor intern (dalam diri karyawan) dan faktor
ektern (di luar diri karyawan). Kedua faktor tesebut harus berjalan secara
seimbang. Ketidakseimbangan dapat terlihat dari sering resahnya atau gejolak
para pegawai.
Harapan karyawan
terhadap pemberian motivasi kerja adalah agar terciptanya suasana pekerjaan
yang memberika semangat dalam meningkatkan prestasi kerja dan kinerja yang
lebih baik.
Teknik pemberian
motivasi kerja ada dua yakni teknik motivasi positif dan teknik motivasi
negative. Pemberian motivasi kerja terhadap peawai ditenuan oleh situasi da
kondisi pegawai itu sendiri.
3.2 Saran
Terkait dengan masalah motivasi kerja,
penulis berharap dikemudian hari para pimpinan dapat mengembangkan teknik pemberian
motivasi terhadap pegawai guna mencapai keuntungan bagi pegawai dan perusahaan
dan juga semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Kadarisman,
M. 2012. Manajemen Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Gouzali
Saydam, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
(Human Resource) Suatu Pendekatan Mikro, Jakarta: Djanbatan.
Veithzal Rivai, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Panggabean,
Mutiara S. 2004. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Dr. Santoso Soeroso. 2003.
Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
[1]
Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
2004. hlm. 455.
[2] M
Kadarisman, Manajemen
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012, hlm.
292.
[5]
Saydam Gouzali, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource) Suatu Pendekatan Mikro,
Jakarta: Djanbatan. 2000, hlm. 370-371
[6]
Saydam Gouzali, Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource) Suatu Pendekatan Mikro,
Jakarta: Djanbatan. 2000, hlm. 396
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip
Thanks infonya menarik bgt. Oiya, saya nemuin artikel keren nih yang ngebahas tentang sederet kesalahan terkait uang yang biasa dilakukan oleh para pegawai baru. Cek di sini ya: Hati-hati, ini 5 kesalahan finansial yang biasa dilakukan karyawan baru
ReplyDelete